Welcome to The Family

Kamis, 27 Juni 2013

Faktor-faktor Penyebab Berpikir Negatif

Faktor-faktor Penyebab
Berpikir Negatif




Jauh dari Allah
Kehidupan material, persaingan yang ketat, dan perubahan cepat yang terjadi dalam kehidupan ini membuat banyak orang hanyut terbawa arus hingga menjauh dari Allah.

    Di Montreal saya punya kawan yang bekerja di bidang jual-beli perumahan. Kawan ini berhasil mengumpulkan harta senilai puluhan juta dolar. Kehidupannya berputar pada satu poros, yaitu uang. Ia terlempar sangat jauh dari kehidupan spiritual. Kata-kata yang ia ucapkan setiap hari adalah tentang investasi, pembangunan, dan jual beli. Saya tidak pernah mendengar dia menyebut nama Allah. Suatu hari saya pergi ke luar negeri. Sekitar satu tahun saya tidak berjumpa dengannya. Ketika saya cari tahu keadaannya, ternyata ia menderita serangan jantung yang hampir mengakhiri hidupnya. Beruntung Allah menyelamatkannya.

    Mendengar kabarnya itu, saya datang menjenguknya. Kulihat air matanya menetes. Dengan suara lirih ia berkata, “Wahai Ibrahim, tahukah Anda apa yang menyebabkan aku terbaring di rumah sakit ini?! Aku menginvestasikan seluruh hartaku di sebuah proyek besar. Aku berharap mendapat keuntungan besar, tapi malah menanggung kerugian besar hingga hampir tak memiliki apa-apa lagi. Aku shock berat dan membuat aku menderita seperti ini. Beruntung para dokter di sini bisa diandalkan. Aku menjalani operasi lebih dari 24 jam. Namun, tubuhku sebelah kanan tetap lumpuh.” Saya mendekat dan bertanya, “Pelajaran apa yang bisa Anda petik dari semua peristiwa ini?” Ia menjawab, “Aku harus lebih hati-hati menginvestasikan kekayaanku, terutama dalam memilih orang yang bekerja sama denganku.” Pada saat itu saya katakan, “Dengarkan aku baik-baik dan jangan menyelaku.” Ia pun mengiyakan. Saya katakan padanya, “Ketahuilah bahwa yang memberi semua anugerah ini bukan orang lain, tapi Allah. Meski anugerah itu baik, tapi ia menjadi ujian bagi Anda. Aku tidak pernah mendengar Anda mengucapkan syukur pada Allah atas anugerah yang telah diberikan pada Anda. Karena itu, Dia membuat Anda dalam kondisi seperti ini agar Anda mendekat kembali kepada-Nya. Dialah yang menyelamatkan Anda dari kematian, bukan dokter. Allahlah yang mengatakan pada sesuatu, ‘Jadilah’, maka ia pun jadi. Allah telah menyelamatkan Anda, tapi pikiran Anda selalu tertuju pada urusan duniawi. Anda pikir materi, investasi, ilmu, dan teknologi menjadi jalan keluar atas masalah yang Anda hadapi.” Setelah itu saya pegang tangannya sembari berkata, “Bukankah ini saat yang tepat untuk bersyukur pada Allah? Bukankah ini waktu yang tepat untuk mendekat pada-Nya? Bertawakal dan bertakwalah. Jadikan dia yang utama dalam hidup Anda!” Setelah diam sekian lama, ia berkata kepada saya, “Sepertinya aku benar-benar jauh dari Allah. Tetapi, apakah Anda yakin bahwa peristiwa yang aku alami karena kondisiku yang jauh dari-Nya?”

    Saya tanyakan, “Aku sangat yakin Allah mencintai Anda. Karena itu, Dia membuat Anda dalam kondisi seperti ini untuk membukakan pintu agar Anda mendekat kepada-Nya.” Kawanku menangis. Tidak lama kemudian ia berkata, “Jika aku keluar dari rumah sakit ini, aku akan menjadi manusia yang berbeda. Aku akan semakin mendekat pada Allah.” Saya katakan padanya, “Apakah Anda punya jaminan bisa keluar dari rumah sakit ini? Apakah Anda yakin masih dapat bertahan hidup sekian lama?” Ia menjawab, “Tidak.”

    Saya katakan, “Kalau begitu untuk mendekat kepada Allah, jangan mengulur waktu sampai Anda keluar dari rumah sakit ini. Mulailah dari sekarang mari kita membaca al-Fâtihah dan bersyukur kepada-Nya.” Kami pun membaca surah al-Fâtihah dan bersyukur kepada Allah. Ia berkata kepadaku, “Sudah lama aku tidak merasakan ketenangan seperti ini.” Saya katakan, “Begitulah yang Anda rasakan jika hatimu terpaut pada Allah.”

    Pernahkan Anda mengenal seseorang yang kehidupannya bagaikan mata rantai penderitaan? Keluar dari satu masalah lalu masuk ke masalah lain? Jika jawaban Anda, “Ya,” tahukah Anda penyebab utama hal itu terjadi padanya? Penyebabnya adalah karena ia jauh dari Allah. Seorang mukmin sejati selalu bertawakal, bertakwa, dan bersyukur pada-Nya, baik dalam kondisi lapang maupun sempit. Seorang mukmin sejati tidak pernah berhenti mendekat kepada-Nya. Ambisi utama orang yang jauh dari Allah adalah dunia. Hidupnya sempit dan dipenuhi hal-hal negatif. Allah menjelaskan, Barang siapa berpaling dari peringatan-Ku maka sesungguhnya baginya kehidupan yang sempit dan Kami akan menghimpunkan-Nya pada hari kiamat dalam keadaan buta (Thâhâ: 124).



Tidak ada komentar:

Posting Komentar