Welcome to The Family

Sabtu, 29 Juni 2013

Faktor-faktor Penyebab Berpikir Negatif_8

Semangat yang lemah

Pernahkah Anda merasa tidak ingin melakukan sesuatu atau tidak ingin berbicara dengan seseorang? Pernahkah Anda mendengar seseorang berkata, “Hari ini aku tidak punya semangat sama sekali.”

    Sejatinya kondisi semangat yang lemah menimbulkan masalah bagi seseorang, baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain. Ketika seseorang merasa semangatnya melemah, ia mencari pelarian dari keadaan ini. Bisa dengan menonton televisi selama berjam-jam, makan meski tidak lapar, merokok, menenggak minuman keras, atau mengonsumsi narkoba. Kondisi ini bisa menjadi penyebab utama hilangnya berbagai kesempatan dan dapat memicu konflik rumah tangga yang berujung pada perceraian.

    Ciri-ciri orang yang bersemangat lemah: raut wajahnya kusut, konsentrasi negatif, perilakunya negatif, emosional, banyak diam, tertutup, dan suka menyendiri.

    Seorang kawan saya mengeluhkan istrinya yang tidak mau keluar, menolak setiap undangan, dan emosional terhadap dirinya dan anak-anaknya. Kondisi ini membuat mereka hidup diliputi penderitaan.

    Saya meminta kawan itu menceritakan bagaimana sang istri menghabiskan waktunya. Ia berkata, “Dahulu ia terbilang sangat aktif. Ia suka keluar, membaca, dan punya banyak perhatian.tiba-tiba ia menjadi sosok yang sama sekali tidak kukenal. Ia menjadi tidak punya minat pada apa pun. Ia tidak lagi mau menghadiri undangan teman-teman, tidak mau makan malam di luar, bahkan membaca pun ia tinggalkan. Satu-satunya yang ia lakukan adalah pergi ke tempat kerja, pulang, lalu menonton televisi sekian lama. Ia tampak kelelahan hingga ketika berbicara cenderung emosional. Selain itu, ia gampang marah meski hanya sebab-sebab yang remeh.”

    Saya meminta bertemu dengan istrinya. Ketika hal itu ditawarkan kepada istrinya, ia menolak. Seminggu kemudian ia sendiri yang datang menemui saya. Ketika berdiri di hadapan saya, kesan yang muncul adalah ia orang yang tidak memerhatikan penampilan karena merasa berada di dunia lain. Setelah berbasa-basi panjang saya bertanya, “Apa yang Anda lakukan sepanjang hari?” Ia menjawab, “Tidak ada. Aku kehilangan semangat seperti orang sakit. Aku juga tak punya selera makan. Aku sendiri tidak tahu mengapa ini terjadi.”

    Labih lanjut ia berkata, “Padahal hidupku terbilang mapan. Aku bekerja sebagai manajer bidang hubungan masyarakat di sebuah perusahaan obat-obatan berskala internasional. Gajiku lumayan besar. Di antara tugasku adalah memerhatikan para buruh, dan berhubungan dengan top manajemen menyangkut negosiasi dengan vendor.

    Aku seorang ibu dari tiga anak. Semua anakku punya prestasi akademis yang bisa dibanggakan. Suamiku tak ubahnya anugerah besar dari Allah. Ia sangat istimewa, begitu juga dengan anggota keluargaku yang lain. Aku bersyukur ke hadirat Allah karena diberi kehidupan yang dinamis.”

    Saya bertanya, “Kapan terakhir kali Anda mengambil cuti untuk istirahat dari kerja?” Ia bilang, “Sudah lama aku tidak mengambil cuti karena aku sibuk di tempat kerja, di rumah, kehidupan sosial, dan menghadiri undangan, bai formal maupun informal.”

    Dari perbincangan itu saya menangkap isyarat bahwa kegiatan dan tanggung jawab yang tak berkesudahan telah membuat seseorang merasa remuk redam. Selanjutnya menyebabkan kondisi semangatnya melemah. Pada gilirannya, menyebabkan penolakan internal terhadap tugas-tugas tak berkesudahan itu. Itulah yang oleh para pakar disebut “refleksi psikologis”. Dengan demikian, pikiran negatif singgah dalam otak seseorang dan menghantarkannya pada kondisi kehilangan semangat dalam hidup ini.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar