Welcome to The Family

Jumat, 22 Maret 2013

Pikiran dan Mata Rantai Persepsi



Setelah lebih dari tiga puluh tahun saya melakukan penelitian, pelatihan, perjalanan, dan terlibat kerja langsung bersama ribuan orang, saya dapat menyusun, merintis, dan membukukan ilmu “dinamika adaptasi saraf” (NCD—neuro-conditioning-dynamic). Dan ilmu ini telah mendapatkan hak paten internasional.

    Prinsip-prinsip yang ada dalam buku ini adalah bagian kecil dari ilmu ini yang telah membantu ribuan orang di seluruh dunia. Agar Anda memiliki pengetahuan yang utuh tentang kekuatan pikiran, saya ingin menyampaikan beberapa prinsip dinamika adaptasi saraf. Semoga cakrawala pengetahuan Anda semakin meluas dan Anda mampu menguasai kekuatan yang bisa mengontrol segala sesuatu dalam hidup ini, yaitu kekuatan pikiran. Kekuatan ini melahirkan apa yang saya sebut dengan pikiran dan mata rantai persepsi: pikiran membuat Anda mampu memahami makna tertentu. Selanjutnya, pemahaman itu membawa Anda pada pikiran yang dan pemahaman akan makna yang lain. Begitulah pikiran membawa Anda pada pemahaman demi pemahaman hingga Anda sampai pada perasaan yang paling kuat yang memengaruhi perilaku dan keberhasilan Anda dalam setiap aspek kehidupan. Mari kita membahas kekuatan pikiran dan mata rantai persepsi lebih dalam.


Apa pun yang Anda pikirkan akan menjadi kenyataan dalam diri Anda pada waktu yang sama. Kenyataan ini tidak akan berubah selama Anda tidak mengubah pikiran. Jika Anda berpikir tentang makna kenyataan yang ada, maka Anda akan menemukan bahwa pemahaman itu adalah pengetahuan tentang makna tertentu yang didasari keyakinan seseorang pada segala sesuatu atau orang lain.

    Sebagai contoh, pemahaman Anda tentang sesuatu tidak pasti sama dengan pemahaman orang lain. Orang lain tentu memiliki pemahaman yang berbeda dengan pemahaman Anda. Perbedaan pemahaman ini membuat seseorang yakin bahwa kenyataan dirinya dapat diterima semua orang. Karena itu, ia akan menghadapi sedikit masalah dalam berhubungan dengan orang lain. Contohnya soal pernikahan dan perceraian. Sepasang suami-istri hidup bahagia pada masa-masa awal pernikahan mereka. Itulah kenyataan yang mereka pahami ketika itu. Kemudian terjadi perselisihan di antara mereka yang membuat perubahan pemahaman di antara mereka. Mereka saling berpikir satu sama lain dengan cara yang berbeda dari pertama. Dalam kondisi seperti ini, mereka memiliki pemahaman yang berbeda tentang pernikahan. Bisa jadi mereka memutuskan untuk menyelesaikan konflik dan kembali hidup bersama seperti sebelumnya. Dengan demikian, kenyataan negatif berubah menjadi kenyataan positif. Pada kesempatan lain, konflik terjadi lagi. Maka, kenyataan berubah kembali. Begitulah kenyataan berubah sesuai pemahaman pada waktu tertentu berdasarkan pikiran yang ada dalam benak seseorang.

    Dalam kehidupan sosial, jika Anda punya teman yang Anda cintai, inilah kenyataan. Ketika terjadi perselisihan antara Anda dan dia maka perasaan Anda terhadap dia akan berubah. Ini kenyataan lain. Dalam sekolah kita menemukan bahwa siswa yang rajin belajar mendapatkan nilai baik. Karena ingin kuliah di fakultas kedokteran, ia berusaha sekuat tenaga untuk bisa diterima di fakultas itu. Ini kenyataan. Tetapi ketika mulai belajar di fakultas kedokteran, ternyata ia tidak bisa mengikuti pelajaran dengan baik. Pada tahun pertama nilainya sudah jatuh. Dengan demikian, ia yakin bahwa ia akan gagal. Dan ini kenyataan lain.

    Di dunia kerja, seseorang yang memulai pekerjaan baru tampak bersemangat dan mengimpikan jenjang karier berjalan mulus. Setelah bekerja sekian lama, ternyata ia temukan kenyataan tidak sejalan dengan impiannya. Ia lantas merasa frustrasi dan kenyataannya berubah.

    Dalam hal menjaga kesehatan kita menemukan orang yang hidup sehat. Beberapa jenis olahraga ia lakukan. Ia selalu memerhatikan kesehatan. Untuk itu, ia tidak makan sembarangan. Pikirannya selalu dibatasi dengan hal-hal positif. Ini kenyataan yang terjadi pada waktu itu. Selanjutnya, tanpa diduga ia menghadapi persoalan hidup berkenaan dengan pekerjaan atau ditinggal sang pujaan. Maka, maka kenyataannya berubah dari pandai menjaga kesehatan menjadi menngabaikan kesehatan; dari rajin berolahraga menjadi malas olahraga; dari tidak makan sembarangan menjadi tidak terkontrol. Pada saat ini terjadi perubahan kesadaran hingga kenyataan pun ikut berubah.

    Pada dasarnya kenyataan adalah persepsi yang telah diprogram oleh manusia. Setiap orang memiliki persepsi yang berbeda-beda tentang kenyataan hidup yang mereka jalani. Bahkan perbedaan itu terjadi antara satu suku dan suku yang lain, dan antara pemeluk satu agama dan pemeluk agama yang lain. Pemahaman Anda tentang sesuatu belum tentu sama dengan pemahaman orang lain.

    Di sisi lain, sesuai hukum aktivitas akal bawah sadar, kenyataan akan menyebar dan meluas. Selama kenyataan yang ada adalah Anda meragukan teman Anda maka Anda akan sangat sensitif  ketika berinteraksi dengannya, bahkan dengan orang lain. Jika Anda ingin mengubah kenyataan negatif, yang harus Anda ubah pertama kali adalah persepsi yang melahirkan kenyataan itu.


Dr. Ibrahim Elfiky (Maestro Motivator Muslim Dunia)


Baca juga :  

Pengaruh Pikiran_Hukum Akumulasi










Sampai saat ini masih terus membahas tentang pikiran, kekuatannya, dan cara pikiran menyebabkan semua hasil yang didapat seseorang. Segala sesuatu bermula dari akal pikiran. Hukum akumulasi merupakan salah satu hukum yang memberi kekuatan pada file-file persepsi dan membuatnya tersimpan kuat di dalam akal bawah sadar. Kita sering mendengar berita kriminalitas karena perbuatan yang dilakukan berkali-kali. Contoh: seorang perempuan berusia empat puluh mencampur obat penenang dalam kopi suaminya, kemudian perempuan itu membunuhnya, memutilasi, memasukkannya ke dalam kantong besar dan dilemparkan ke kandang anjing. Ketika perempuan tersebut ditangkap, ia mengakui perbuatannya. Kepada penyidik ia mengatakan bahwa sang suami memukul, menghina, dan memperlakukannya dengan kasar selama dua puluh tahun lebih. Ia menambahkan, “Andai aku dikembalikan ke masa lalu, aku akan melakukan hal serupa sekali lagi.”

    Kita juga mendengar cerita tentang mahasiswa yang berhenti kuliah karena berkali-kali mendapatkan nilai jelek. Nilai jelek yang berkali-kali ia dapatkan membuatnya yakin bahwa ia tidak akan lulus. Karena itu, ia memilih bekerja daripada meneruskan kuliah.

    Saya punya seorang teman yang bekerja sebagai asisten direktur utama di hotel bintang lima di Montreal. Dari segala sisi ia terbilang baik. Suatu hari pihak manajemen mengangkatnya sebagai direktur utama di hotel lain yang masih satu payung perusahaan. Teman saya ini menerima tawaran menggiurkan itu. Seperti biasa, ia bekerja keras, tapi pendapatan hotel yang dipimpinnya terus merosot. Setahun kemudian ia diberhentikan dari pekerjaannya yang baru. Peristiwa tersebut memukul jiwanya. Setahun penuh ia menderita sampai mendapatkan pekerjaan sebagai direktur utama di hotel lain. Tetapi, pengalaman yang sama terjadi lagi. Ia terpaksa diberhentikan karena pendapatan hotel merosot. Dan, untuk kedua kalinya teman saya ini berkalang duka. Dari waktu ke waktu ia mengonsumsi obat penenang. Ia putuskan untuk terus mencari pekerjaan lain. Akhirnya ia kembali mendapat pekerjaan sebagai direktur utama di sebuah perusahaan yang jarak tempuhnya empat jam dari rumah. Ia pun memutuskan pindah rumah. Sayangnya, sembilan bulan kemudian, pemilik hotel mengambil keputusan menjual perusahaan itu. Pihak manajemen yang baru pun memutuskan mengurangi karyawan. Pengalaman kehilangan pekerjaan kembali menimpa teman saya untuk untuk ketiga kalinya. Kali ini dampaknya lebih tragis. Selain membuatnya sangat murung, ia menderita serangan jantung yang hampir membuatnya meninggal dunia. Setelah keluar dari rumah sakit, ia memutuskan untuk tidak bekerja di perhotelan lagi. Ia mau bekerja di bidang apa pun, asal tidak berhubungan dengan hotel. Sayangnya sampai saat ini ia tidak bekerja. Bahkan, ia tidak mau mendengarkan penawaran apa pun dalam bidang perhotelan yang ia sebut sebagai bidang “perusak pikiran”.

    Seorang perempuan berusia 24 tahun menulis surat kepada saya tentang kehidupan rumah tangga. Dalam surat itu ia mengatakan belum menikah dan takut menikah lantaran mahligai rumah tangga teman-temannya berakhir dengan perceraian. Setiap kali bertemu seorang perempuan, ia mengeluhkan pernikahan. Karena pengulangan ini, keyakinan dalam dirinya pun semakin menumpuk bahwa pernikahan itu sesuatu yang sangat berbahaya dan harus dihindari. Itulah yang ia lakukan terhadap setiap orang yang datang untuk mempersuntingnya. Dalam surat itu ia berkata, “Sekarang seorang laki-laki datang melamarku. Kelihatannya ia baik dari segala sisi. Tetapi aku tetap takut akan apa yang menimpa teman-temanku pu terjadi padaku. Apa yang harus aku perbuat?”

    Suatu hari seseorang yang berusia lima puluh tahun meminta saya membantunya agar bisa berhenti merokok. Saya bertanya, “Sejak kapan Anda merokok?” Ia menjawab, “sudah lebih dari 35 tahun.” Yaitu sejak usianya masih lima belas tahun.

    Saya bertanya lagi, “Berapa batang rokok Anda habiskan dalam satu hari?” Ia menjawab, “Setiap hari tidak kurang dari empat puluh batang.” Saya bertanya lagi, “Pernahkah Anda berusaha berhenti merokok?” Ia menjawab, “Ya. Lebih dari sekali. Tetapi aku tidak pernah berhenti merokok. Sebab, setelah bangun tidur aku langsung merokok tidak kurang dari tiga batang. Di dalam mobil aku merokok. Di tempat kerja aku merokok. Dalam rapat dan pertemuan aku merokok. Bahkan, ketika aku senang, sedih, marah, setelah makan, dan sebelum tidur aku juga merokok. Semua itu aku letakkan di banyak tempat.” Lebih lanjut ia bicara, “Karena aku menderita stroke yang menyebabkan bagian kanan tubuhku lumpuh, aku ingin membebaskan diri dari kebiasaan buruk yang telah menguasai hidupku ini.”

    Ini contoh lain dari hukum akumulasi yang bekerja aktif, kuat, dan berhasil. Jika kita memahami kekuatan hukum akumulasi bekerja maka kekuatan ini bisa dimanfaatkan untuk kemaslahatan. Seseorang tidak mungkin bisa mempelajari dan menguasai sesuatu kecuali jika ia mengulanginya lebih dari sekali. Karena pengulangan, keterampilan dalam file pikiran terakumulasi. Itulah yang membantu seseorang untuk berkembang dan maju.

    Dengan hukum akumulasi, Anda bisa belajar dan menguasai bahasa baru. Dengan hukum akumulasi pula Anda bisa mempelajari dan menguasai pekerjaan baru. Jadi, kemungkinan itu tidak terbatas.

    Dalam aspek spiritual, Anda bisa bangun pagi untuk shalat subuh dalam kondisi yang segar melalui kekuatan pikiran dan hukum akumulasi. Anda bisa memperbaiki perilaku dan akhlak melalui penyesuaian pikiran dengan kebaikan yang Anda inginkan. Lakukan hal itu berkali-kali agar terjadi akumulasi hingga membentuk kebiasaan baru.

    Dalam aspek kesehatan, Anda bisa melakukan olahraga dengan memprogram pikiran Anda agar sesuai dengan keinginan Anda untuk sehat. Lakukan proses pikiran itu berkali-kali dengan dorongan kuat hingga menjadi bagian dari hidup Anda. Begitu halnya dengan kehidupan keluarga, sosial, karier, dan materi. Hukum akumulasi dimulai dari pikiran, kemudian pengulangan yang Anda lakukan. Itulah tambahan yang Anda kumpulkan pada file-file di akal setiap kali Anda berpikir hal yang sama. Karena itu, berhati-hatilah dalam berpikir. Gunakan hukum akumulasi untuk hal-hal positif bagi kehidupan Anda dan kehidupan orang lain. Jadikan hidup Anda sebagai rangkaian pengalaman menyenangkan dan untaian keberhasilan sepanjang zaman yang selalu mendekatkan diri Anda pada Allah.[]



Dr. Ibrahim Elfiky (Maestro Motivator Muslim Dunia)


Baca juga :  

Pengaruh Pikiran_Hukum Sebab Akibat








Agar mendapatkan hasil yang diinginkan, petani pertama kali harus menyemai benih di tanah yang baik, kemudian menyirami dan merawat setiap hari sampai memberinya hasil yang diinginkan. Jika seorang siswa menginginkan nilai yang memenuhi syarat agar ia bisa melanjutkan ke perguruan tinggi yang diinginkan, pertama kali ia harus belajar dan menguras tenaga untuk mendapatkan hasil yang didambakan. Seorang ibu yang menginginkan putranya berpegang teguh pada ajaran agama, pertama kali ia harus mengajarinya dasar-dasar agama, ibadah, dan kecintaan pada Allah sampai berhasil menggapai yang ia inginkan. Karyawan yang menginginkan karier tinggi, pertama kali ia harus mengerahkan tenaga untuk mendapatkan banyak ilmu, keterampilan, kemudian bekerja sungguh-sungguh agar mendapatkan apa yang ia inginkan.

    Suami yang ingin hidup bahagia dalam mahligai rumah tangga tidak mungkin mendapatkannya dengan kekerasan dan tidak menghormati pasangannya. Sebab, sikap seperti ini justru akan memberikan hasil serupa yang tidak diinginkan. Untuk itu, pertama-tama ia harus menghormati, mencintai, dan mencurahkan perhatian hingga mendapat apa yang diinginkan. Seseorang yang kehilangan pekerjaan harus tahu penyebabnya. Setelah itu, ia harus belajar memperbaiki kinerjanya. Lupakan peristiwa yang telah terjadi. Kerahkan segenap kemampuan untuk meraih yang diinginkan.

    Hukum sebab-akibat bekerja di setiap kondisi, tempat, dan pada siapa saja meskipun memiliki perbedaan latar belakang, keyakinan, dan sistem nilai. Jadi, perbuatan mendatangkan hasil yang serupa. Hasil ini sama sekali tidak akan berubah selama tidak ada perubahan pada perbuatan yang dilakukan.

    Banyak orang mengeluhkan pekerjaan, tapi tidak pernah melakukan perubahan untuk mengubah hasil yang didapatkan. Banyak orang mengeluhkan kondisi keuangan, tapi tidak mengubah pola hidup dan tidak mau mempelajari sesuatu yang baru yang dapat membantu memperbaiki keterampilan untuk mendapatkan berbagai penghasilan. Pepatah Cina mengatakan, “Jika Anda melakukan sesuatu yang sama maka hasilnya tetap sama. Perubahan tidak akan terjadi sampai Anda mengubah penyebabnya.” Anda mungkin pernah menyaksikan beberapa orang yang punya masalah psikologis. Untuk keluar dari kondisi seperti itu mereka hanya memerhatikan dunia luar. Pola hidupnya masih seperti biasanya, pola pikirnya tidak berubah, selalu mengeluh, dan cenderung menyalahkan orang lain.

    Suatu hari saya berada di salah satu negara Arab. Saya naik taksi sendirian. Kepada sang sopir saya bertanya, “Sejak kapan Anda menjadi sopir taksi?” Ia menjawab, “Sudah lebih dari tiga puluh tahun.” Saya tanya lagi, “Apakah Anda mencintai pekerjaan Anda?” Ia menjawab, “Tidak sepenuhnya. Tidak ada pilihan lain karena hanya ini yang bisa aku kerjakan hidup ini sangat sulit.” Saya tanya lagi, “Sudahkan Anda mencoba mencari pekerjaan lain? Pernahkan Anda berpikir memiliki taksi ini?” Dengan penuh heran sopir taksi itu memandang saya. Saya seperti baru saja melontarkan kalimat dari dunia luar. Ia menjawab, “Aku tidak mencari pekerjaan lain. Sebab, yang aku tahu hanya ini. Sudah barang tentu aku tidak bisa memiliki taksi ini karena harganya sangat mahal.” Lebih lanjut ia berkata, “Dari ucapan Anda, sepertinya Anda bukan orang sini.”

    Mari kita analisis ucapan sopir taksi ini. Ia bekerja sebagai sopir taksi sejak tiga puluh tahun silam tapi ia tidak suka pada pekerjaannya itu. Selama ini ia tidak berusaha memperbaiki diri, meningkatkan keterampilan, mencari pekerjaan lain, dan tidak berpikir memiliki taksi itu. Sekian tahun ia berkerja dengan cara yang sama dan menghasilkan sesuatu yang sama, yaitu perasaan negatif dan tidak berarti. Coba kita lihat seorang perokok yang dalam sehari menghabiskan lebih dari lima puluh batang. Sejak dua puluh tahun silam ia menderita penyakit kanker. Sepanjang itu ia mengonsumsi obat-obat kimiawi dan dihantui rasa frustrasi dan takut. Namun, ia tidak berhenti merokok dengan alasan tanpa rokok ia tidak bisa konsentrasi atau berpikir. Bahkan, tanpa merokok ia mengaku bisa bertemperamen tinggi hingga memengaruhi interaksinya dengan orang lain. Seperti yang Anda lihat, orang ini tidak menginginkan perubahan pada sebab-sebab yang membuatnya terserang penyakit kanker. Ia memilih sering ke rumah sakit untuk berobat dan berdoa kepada Allah supaya disembuhkan.

    Dalam acara yang disiarkan oleh sebuah stasiun televisi saya ditanya, “Doktor, apakah Anda tidak pernah berpikir negatif dan frustrasi?” Saya katakan, “Sebuah penelitian tentang kebohongan pernah dilakukan di Universitas Toronto, Kanada. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa manusia normal dalam sehari berbohong sekitar 62 kali. Jika saya sekarang saya bilang tidak pernah berpikir negatif atau merasa frustrasi, berarti saya menambah kebohongan baru.” Si pewawancara tertawa. Setelah itu ia bertanya, “Kalau begitu, Anda juga merasakannya?” Saya jawab, “Tentu. Tetapi saya tidak membiarkan perasaan tersebut menguasai. Untuk saya, segera mencari penyebabnya kemudian saya tulis dan saya baca. Dengan cara seperti itu, saya merasa seperti berada jauh dari hal itu. Saya ingin mengambil pelajaran dari adanya rasa frustrasi dan takut dalam hidup saya. Sebagai langkah pertama, saya membuat perubahan dari dalam diri. Jika hal serupa terulang lagi maka saya sudah terlatih menghadapi dan mengatasinya.”

    Hukum kausalitas bekerja positif dan negatif. Jika Anda ingin bahagia, carilah hal-hal yang pernah Anda lakukan dan membuat Anda bahagia. Ulangi hal-hal yang menyebabkan rasa bahagia, pasti Anda akan mendapatkan hasil yang sama. Jika Anda ingin lebih khusyuk ketika shalat, coba ingat-ingat waktu di mana Anda bisa khusyuk. Ulangi sebab-sebab yang sama, niscaya Anda akan mendapatkan hasil yang sama. Sebaliknya, jika Anda ajak pikiran ke masa lalu untuk mengenang hal-hal negatif maka Anda akan merasakan sesuatu yang negatif seperti dahulu. Lebih dari itu, perilaku Anda akan negatif juga. Setiap kali Anda pikirkan hal negatif ini, maka Anda merasakan hal yang sama dengan yang Anda rasakan tempo dulu.

    Allah jadikan segala sesuatu memiliki sebab supaya manusia bisa memahami makna segala sesuatu. Dengan demikian ia bisa belajar bagaimana tumbuh dan maju dalam kehidupan.

    Semua hukum bekerja dengan teratur dan aktif. Sebab, hukum tersebut bekerja bersama Anda sesuai dengan jalan pikiran Anda. Hukum kausalitas ini mengajarkan kita bahwa jika kita menghendaki perubahan dalam hidup dan mengimpikan hidup bahagia maka yang pertama kali harus kita lakukan adalah mengubah pikiran. Setelah itu, kita lakukan sebab-sebab baru yang memberi semangat untuk maju dan menggapai hasil yang kita inginkan.



Dr. Ibrahim Elfiky (Maestro Motivator Muslim Dunia)


Baca juga :