Welcome to The Family

Jumat, 28 Juni 2013

Faktor-faktor Penyebab Berpikir Negatif_5

Kehidupan masa lalu

Saya pernah bertanya pada salah seorang guru saya, “Apa yang paling memengaruhi hidup Anda?” Jawabannya sungguh mengesankan. Ia bilang, “Aku adalah aku yang sekarang ini dengan segala apa adanya. Segala yang terjadi di masa lalu telah berakhir. Aku tidak menggunakan masa laluku untuk diterima oleh masyarakat.” Saya katakan kepadanya, “Bukankah masa lalu bagian dari kehidupan kita?” Ia bilang, “Ya, tapi sudah berlalu dan saat ini sudah tidak ada lagi. Jika Anda hidup di masa lalu, Anda akan menderita.” Kemudian ia mendekati saya dan berkata, “Sekarang aku ingin bertanya kepada Anda: apakah mobil bisa berjalan dengan bahan bakar bulan kemarin?” Saya jawab, “Tentu tidak. Mobil dapat berjalan dengan bahan bakar yang Anda isikan hari ini.” Selanjutnya ia bertanya lagi, “Apakah pesawat bisa terbang dengan bahan bakar bulan kemarin?”

    Saya jawab tegas, “Tidak, karena sudah habis.” Ia berkata, “Semua itu sama dengan masa lalu manusia. Masa lalu hanya meninggalkan pengalaman, keahlian, ilmu, dan keterampilan. Namun, banyak orang hidup di masa lalu meski dengan pengalamannya yang negatif. Sekarang ia tetap menanggung kesedihan, padahal peristiwa menyedihkan itu terjadi di masa lalu. Jika pengalaman masa lalu itu bersifat positif dan membahagiakan, lalu seseorang membanding-bandingkannya dengan kondisi dirinya di masa kini, ia akan merasa sedih.” Ia menatap mata saya dan berkata, “Ibrahim, manusia tidak dapat hidup di masa lalu. Tetapi pikiran dan perasaannya dapat dibawa ke sana. Jika itu dilakukan, ia akan merasakan apa yang dirasakan di masa lalu. Jika yang ia rasakan pengalaman negatif maka semakin menumpuk dan menguat menggerogotinya. Karena itu, jika Anda benar-benar ingin bahagia, jadilah diri Anda saat ini.”

    Ucapan guru saya sangat filosofis. Saat itu memang saya tidak paham betul, tapi saya tidak melupakannya. Kata-kata itu saya tulis dalam buku harian, lalu saya biarkan tergeletak di tempatnya selama tiga tahun. Ketika membacanya kembali, saya takjub pada kekuatan informasi yang dikandungnya. Saya menjadi semakin berhati-hati dalam menyikapi masa lalu. Saya ingat pepatah mengatakan, “Seorang guru akan datang ketika murid-muridnya siap.”

    Sekarang saya ingin bertanya pada Anda: pernahkah Anda memikirkan masa lalu yang kelam hingga merasakannya seperti dulu?

    Sebenarnya kita pernah melakukan itu. Sebagian besar maslah yang dihadapi manusia bersumber pada masa lalu dan masa depan. Keduanya tidak berwujud. Masa lalu sudah berakhir. Jika dapat memetik pelajaran dari masa lalu, Anda akan pandai menyikapi kehidupan. Jika tidak, Anda akan terpenjara oleh perasaan negatif yang ada dalam ingatan. Jika Anda putuskan untuk hidup di masa yang akan datang, Anda pun akan terpenjara oleh keraguan dan kebimbangan.

Saya ingin bertanya kepada Anda:
Maukah Anda menumpang taksi yang sopirnya melihat ke belakang? Tentu tidak. Mengapa? Sebab akan menabrak apa pun yang ada di depannya. Begitulah gambaran orang yang hidup di bawah bayang-bayang masa lalu. Ia akan membentur perasaan-perasaan negatif. Hari-hari hidupnya akan sia-sia ditelan fatamorgana pikiran.

    Betapa banyak surat yang saya terima setiap hari tentang pikiran negatif yang disebabkan pengalaman di masa lalu. Seorang gadis berusia dua puluh menulis surat kepada saya. Ia mengaku ketika berusia lima belas tahun pernah mimpi buruk. Karena sangat takut, ia teriak histeris. Namun, tak seorang pun yang langsung datang saat itu untuk melihat apa yang terjadi padanya. Semua orang sudah lelap dibuai mimpi masing-masing. Setelah teriak setengah jam, sang ibu datang tergopoh-gopoh dan menemuinya jatuh pingsan. Tanpa mengulur waktu, ia langsung dilarikan ke rumah sakit. Di sana ia diberi bantuan. Sejak saat itu ia menjadi takut pada tidur karena khawatir peristiwa buruk itu terulang kembali.

    Ini contoh sederhana tentang kehidupan di bawah bayang-bayang masa lalu yang membuat seseorang selalu berpikir negatif dan didukung oleh perasaan negatif.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar