Welcome to The Family

Jumat, 28 Juni 2013

Faktor-faktor Penyebab Berpikir Negatif_4

Pengaruh Internal

Tentangan terbesar dalam hidup manusia adalah diriya sendiri. Tantangan ini tidak datang dari luar, tapi bersumber dari dalam diri. Tantangan yang paling berbahaya adalah kemampuan menerima diri sendiri apa adanya. Inilah faktor utama yang menyebabkan penderitaan yang dirasakan manusia.

    Izinkan saya menceritakan kepada Anda kisah gadis belia berusia lima tahun yang bernama Sandra:
Seorang karyawan datang menemui saya di Montreal. Ia meminta saya untuk datang ke rumahnya karena ada masalah dengan putrinya. Kami pun bertemu dan ia berkata kepada saya, “Doktor, musibah yang menimpaku teramat berat. Putriku menderita penyakit minder. Ia merasa hidungnya terlalu besar. Hal ini ia alami sejak tiga tahun silam. Selama itu pula sudah dilakukan beberapa kali operasi pada hidungnya, tapi tidak membuahkan hasil. Sandra belum bisa menerima keadaan dirinya. Akibatnya, ia menghindar bertemu orang lain. Yang lebih menyedihkan, bangku sekolah pun ia tinggalkan. Mungkin karena shock akibat terlalu sedih, ia sempat dilarikan ke rumah sakit jiwa sebanyak lima kali. Sekarang aku ikut menderita karena keadaannya. Terus terang kami tidak tahu lagi apa yang harus kami perbuat.”

Saya lantas meminta untuk bertemu Sandra. Sesuai waktu yang sudah disepakati, gadis belia itu datang menemui saya. Saya lihat ia sangat cantik. Hidungnya biasa-biasa saja. Tiba-tiba ia bertanya kepada saya, ”Doktor, apakah Anda sepakat denganku bahwa hidungku sangat besar?”

Saya tidak langsung menjawabnya. Saya masih ingin mengenalnya lebih jauh dan ingin menciptakan suasana yang nyaman. Saya ingin menggali alasan ia tidak bisa menerima keadaan dirinya. Dari perbincangan itu saya baru tahu penyebab utamanya adalah sesuatu yang oleh para pakar disebut “menerima diri sendiri”. Jika penyakit ini menyerang jiwa seseorang, ia tidak bisa menerima keadaan diri dan kehidupannya. Bahkan bisa membuatnya berpikir bunuh diri untuk mengakhiri penderitaannya. Ketika seseorang tidak bisa menerima keadaan dirinya, pada saat yang sama ia tidak dapat menghargai dirinya, kemampuannya, apalagi menghormati dirinya. Ia akan membenci dirinya sendiri. Karena terlalu benci, ia tidak mau bercermin.

Untuk kasus Sandra, kita harus melakukan sesuatu bersama-sama agar ia merasa nyaman dan mau menerima keadaan dirinya apa adanya. Dengan demikian, ia dapat tumbuh dan berkembang dalam hidupnya secara normal. Berkat pertolongan Allah, enam bulan kemudian Sandra pulih pada kondisi normal. Ia bisa menerima keadaan dirinya apa adanya.

Sekarang saya ingin bertanya kepada Anda: apakah Anda menerima kondisi diri Anda apa adanya? Adakah sesuatu dalam diri Anda yang tidak Anda sukai? Apakah Anda menghargai diri dan kemampuan Anda? Apakah Anda merasa lebih rendah dibanding orang lain? Apakah Anda mencintai diri apa adanya? Apakah Anda mengharuskan beberapa syarat untuk itu?

Jawaban Anda atas pertanyaan-pertanyaan sederhana ini akan memberikan gambaran tentang penerimaan diri sendiri. Jawaban Anda juga memberikan gambaran bagaimana ia memengaruhi sikap Anda terhadap diri sendiri serta penghargaan Anda terhadap diri sendiri dan kemampuan Anda.

Menurut saya, orang yang paling menderita adalah orang yang tidak bisa menerima keadaan diri sendiri. Sikap ini akan melahirkan serangkaian masalah yang tiada berujung. Semua masalah itu ada dalam diri sendiri. Jika itu terjadi, seseorang akan berpikir negatif tentang dirinya. Jika dibiarkan, lambat laun ia akan menderita gangguan kejiwaan dan penyakit fisik. Karena itu Allah berfirman, Sesungguhnya Allah tidak mengubah kondisi suatu kaum hingga mereka mengubah kondisi yang ada pada diri mereka sendiri (al-Ra’d: 11).

Citra diri, menghargai diri sendiri, menerima diri sendiri, mencintai diri sendiri, menghormati diri sendiri, percaya diri, kesadaran diri, dan nilai-nilai luhur yang dipegang teguh oleh diri sendiri, semua itu ada di dalam jiwa manusia, di dalam file-file akalnya dan tersimpan kuat di dalam akal bawah sadar. Penyebab utama penderitaan seseorang adalah dirinya sendiri yang terjadi berkali-kali, kemudian diikat oleh perasaan hingga menjadi keyakinan. Setelah itu, keyakinan itu diulang kembali oleh perasaan hingga menjadi kebiasaan yang dibawa sepanjang hidup.

Karena itu, menurut hemat kami, di antara penyebab pikiran negatif adalah pengaruh internal yang membuat seseorang menghancurkan kehidupannya sendiri.

Pengaruh eksternal

Di Peking, Cina, seorang guru perempuan berdiri memberi sambutan pada acara tutup tahun pelajaran. Dalam kesempatan tersebut ia mengusung tema “mencuri mimpi”. Ia berkata, “Itulah yang menyebabkan hilangnya mimpi-mimpi indah sebagian besar murid karena pandangan saya yang negatif terhadap cita-cita kalian.” Pada kesempatan itu ia meminta maaf pada semua murid atas sikapnya itu. Setelah berkata demikian, ia meminta komentar orang yang hadir. Seorang pemuda berusia 29 tahun berkata, “Ketika menjadi murid di sekolah ini, seorang guru memintaku menuliskan cita-cita dalam hidup ini. Saat itu yang aku tulis, ‘aku bercita-cita ingin jadi atlet karate nomor satu di dunia’. Guru itu datang menemuiku. Ia bilang cita-citaku omong kosong. Menurutnya, kendati sampai keluar dari Cina untuk mengejar cita-cita itu, aku tidak akan pernah bisa menggapainya. Setelah itu, ia memintaku menuliskan cita-cita yang lain. Aku benar-benar dibuat tidak bisa tidur karenanya. Selama satu bulan lebih aku sangat frustrasi. Tetapi, aku bersikeras untuk tetap pergi dan bekerja sebagai pencuci piring di sebuah restoran di Texas. Karena mereka memecatku, aku pun memutuskan untuk belajar atau mengikuti latihan karate. Tantangannya begitu keras. Tetapi, aku berhasil menggapai impianku. Namaku Bruce Lee.” Usai berkata demikian, orang itu menatap sang guru dan berkata, “Aku memaafkan Anda dan berterima kasih atas pernyataan Anda tadi agar Anda tidak menjadi pengaruh negatif bagi remaja.” Sambil tertawa ia berkata lagi, “Agar Anda tidak menjadi ‘pencuri mimpi’.”

    Sewaktu kecil, saya bercita-cita menjadi pahlawan bagi Mesir di bidang tenis meja. Ketika hal itu saya sampaikan kepada seseorang yang saya hormati, ia tertawa. Ia juga berkata bahwa saya tidak akan pernah bisa mewujudkannya. Sebab, menurut dia ada lebih dari dua ratus pemain tenis meja yang jauh lebih tangguh dari saya. Terus terang, saya merasa gagal karena sebenarnya saya berharap mendapatkan motivasi darinya. Peristiwa tersebut berpengaruh kuat pada saya. Berkali-kali saya introspeksi dan berkatadalam hati, “Benarkah saya dapat menjadi seorag juara? Apa yang membedakan saya dari para pemain yang lain?”

    Malam itu saya tidak dapat tidur lelap. Ucapan orang yang saya hormati itu telah merampas impian saya. Beruntung saya segera menemui seorang yang bernama Muhammad al-Hadîdî. Terima kasih saya ucapkan kepadanya yang telah memompa semangat dan melatih saya. Tidak sampai satu tahun, saya menjadi juara di Mesir. Muhammad al-Hadîdî menjadi pengaruh positif yang membantu saya mewujudkan mimpi-mimpi.

    Peristiwa itu membuat saya banyak berpikir. Pengaruh pertama hampir saja membuat saya meninggalkan impian, sedangkan pengaruh kedua mewujudkan mimpi indah saya. Keduanya sama-sama pengaruh dari luar, sama-sama memengaruhi saya dan menggerakkan saya seperti yang diinginkan. Saya tahu bahwa pengaruh eksternal yang datang dari kerabat, teman, dan media informasi bisa begitu kuat memengaruhi kita, menggerakkan perasaan kita, lalu merampas impian kita. Ia sangat mungkin membuat kita frustrasi dan berpikir negatif.

    Masih segar dalam ingatan saya tentang hal serupa yang pernah saya alami saat mengambil keputusan untuk masuk sekolah perhotelan. Pengaruh eksternal begitu kuat, termasuk ledekan dan hinaan. Saya hampir mundur. Alhamdulillah, akhirnya saya berhasil merampungkan segala tugas dan mendapatkan hasil lebih baik dari yang dibayangkan.

    Hal serupa juga terjadi ketika saya memutuskan untuk pendah ke Kanada. Seorang kawan mengatakan bahwa hidung saya akan copot karena kedinginan. Tetapi, saya tetap bersikeras untuk berdomisili di Kanada. Ternyata hidung saya tidak copot, malah semakin mancung.

    Saya bertanya kepada Anda: pernahkah Anda mengalami hal seperti itu? Maksudnya pernahkan seseorang memengaruhi Anda untuk meninggalkan mimpi yang ingin Anda wujudkan? Pernahkah seseorang memengaruhi Anda untuk melakukan sesuatu yang tidak anda inginkan?

    Pengaruh eksternal sering kali menjadi penyebab utama tergadainya mimpi indah kita. Selain itu, pengaruh eksternal menyebabkan lahirnya pikiran negatif yang melahirkan berbagai penyakit, baik kejiwaan atau fisik. Sangat mungkin Anda akan dipengaruhi oleh seorang perokok seperti dia, menjadi penenggak minuman keras, menelantarkan cita-cita Anda, atau meninggalkan istri Anda. Banyak kisah yang menuturkan bahwa seseorang menjadi penyulut persoalan dalam rumah tangga, penyebab kegagalan proyek, dan sebagainya. Karena itu, waspadalah karena  pengaruh eksternal dapat menjadi pemicu pikiran negatif.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar