Welcome to The Family

Rabu, 26 Februari 2014

BAGIAN KETIGA

BERPIKIR POSITIF


Anda mungkin tidak dapat mengendalikan keadaan, tapi Anda dapat mengendalikan pikiran Anda. Pikiran positif menghasilkan perbuatan dan hasil yang positif.
[Dr. Ibrahim Elfiky]

Berpikir positif adalah sumber kekuatan dan sumber kebebasan. Disebut sumber kekuatan karena ia membantu Anda memikirkan solusi sampai mendapatkannya. Dengan begitu Anda bertambah mahir, percaya, dan kuat. Disebut sumber kebebasan karena dengannya Anda akan terbebas dari penderitaan dan kungkungan pikiran negatif serta pengaruhnya pada fisik. 
[Dr. Ibrahim Elfiky]

“Apa? Engkau ingin aku berpikir positif? Engkau mudah berkata seperti itu karena engkau tidak berada di posisi aku. Suamiku meninggalkan aku dan enam orang anakku. Padahal pernikahan kami sudah berjalan dua puluh tahun lebih. Ia meninggalkan kami karena tergila-gila pada gadis seusia anaknya. Semua hidupku sudah kuabdikan untuknya dan untuk anak-anak, bahkan aku rela meninggalkan bangku kuliah. Aku benar-benar tidak tahu bagaimana menyikapi musibah ini. Aku tidak tahu bagaimana harus merawat keenam anakku, dari yang berusia tujuh belas sampai yang berusia dua tahun.” Sambil bercucuran air mata ia berkata, “Aku tidak punya harta dan aku tidak dapat bekerja. Dalam keadaan seperti ini, Anda masih menginginkan aku berpikir positif, Doktor?”

    Begitulah perbincangan singkat denga seorang peserta seminar tentang “berpikir positif dan bertindak strategis” yang diadakan di salah satu negara Arab. Belum sempat menjawab pertanyaan perempuan tadi, tiba-tiba lelaki berusia lima puluhan datang menghampiri saya dan berkata, “Aku bekerja keras di sebuah perusahaan obat-obatan. Aku yakin di sana karierku bakal bagus. Suatu hari direktur memanggilku. Ia berkata, ‘Kita semua tahu kinerjamu bagus. Selain itu, engkau juga bekerja dengan ikhlas. Tetapi, kami sudah memutuskan untuk menekan biaya perusahaan. Karena itu, kami pun memutuskan untuk mengakhiri masa kerjamu.’ Berita itu bagaikan pukulan keras bagiku. Jantungku berdegup kencang, napasku tersengal, dan keringat dingin bercucuran dari keningku. Aku hanya mampu mengucapkan rasa terima kasih, kemudian keluar dari ruangannya. Aku pulang ke rumah membawa serpihan hati yang terluka. Aku sedih dan frustrasi. Sejak saat itu aku merasa tangan kiriku mati rasa. Tidak lama kemudian separuh badanku sebelah kiri juga lumpuh.  Keempat anak dan istriku membawaku ke rumah sakit. Di sana aku merasakan pukulan telak kedua kali: aku divonis menderita lumpuh separuh. Setelah menjalani hidup yang mapan, aku menjadi pengangguran, kemudian lumpuh. Aku merasa teraniaya dan frustrasi.” Setelah berkata demikian, ia mendekati saya. Dengan suara lirih disertai deraian air mata ia berkata, “Doktor, apakah Anda yakin bahwa pikiran positif bermanfaat bagiku dalam kondisi seperti ini?”

    Belum sempat saya menjawab, tiba-tiba datang seorang pemudaberkacamata hitam. Ia mendekati saya dengan dituntun oleh seorang perempuan. Pemuda itu berkata, “Umurku 25 tahun. Aku sarjana kedokteran yang siap berangkat ke luar negeri untuk bekerja. Suatu hari mataku yang sebelah kanan terasa sakit. Aku pergi ke dokter spesialis mata. Setelah diperiksa sekian lama, dokter mendiagnosis di kedua mataku terdapat cairan putih. Aku dianjurkan segera mengobatinya supaya tidak menyebar dan menimbulkan masalah yang lebih besar. Aku pun mengikuti nasihatnya. Tanpa mengulur waktu aku langsung berangkat ke luar negeri. Para dokter spesialis terkemuka melakukan operasi bedah di mataku. Tetapi operasinya tidak berhasil. Aku malah kehilangan penglihatanku. Seperti yang Anda lihat, aku sekarang buta. Karena tak sanggup menahan amarah atas musibah yang menimpa, aku pernah berusaha bunuh diri lebih dari sekali. Beruntung aku masih ingat pada agama dan aku tidak ingin rugi di dunia dan akhirat.” Selanjutnya ia berkata, “Doktor, aku yakin pikiran positif tidak selalu bermanfaat dalam setiap keadaan karena Anda lari dari kenyataan supaya bisa tenang. Tetapi, yang demikian itu tidak mengubah permasalahan.”

    Tiga cerita ini benar-benar terjadi dan menyebabkan amarah, frustrasi, takut, dan merasa tersisihkan. Pengalaman seperti dalam tiga cerita ini membuat kita mudah sekali untuk berpikir negatif walau ia tidak akan mengubah apa pun. Pikiran negatif tidak akan menyelesaikan masalah, bahkan dapat menimbulkan masalah yang lebih besar dalam kehidupan. Mari kita gali bersama untuk menemukan kekuatan berpikir positif dan bagaimana kita bisa mengubah masalah menjadi potensi.[]