Welcome to The Family

Selasa, 14 Mei 2013

Pikiran dan Mata Rantai Persepsi_4









Sampai di sini kita masih belajar bersama bahwa pikiran melahirkan kenyataan sejenis, dan kenyataan ini menyebar serta meluas. Kita juga mengetahui bahwa terjadi hubungan harmonis antara manusia dan kenyataannya. Terakhir, manusia mendapat dukungan akal untuk kenyataan positif atau negatif. Dalam mata rantai persepsi, pikiran membawa Anda menapaki prinsip berikutnya, yaitu akal manusia di atas kenyataan terakhir.

    Ketika berhasil menemukan prinsip ini karena pertolongan Allah, semalaman saya tidak bisa tidur. Saya terus berpikir karena prinsip ini menjadi faktor utama kebahagiaan atau kesengsaraan, keberhasilan atau kegagalan, kemajuan atau ketertinggalan. Prinsip ini juga memengaruhi angka perseraian yang setiap hari terus meningkat. Bagaimana bisa terjadi? Saya akan beri Anda beberapa contoh:

    Suatu hari, seorang karyawati di kantor saya berhasil melakukan sesuatu yang membanggakan saya. Saya senang ia bekerja bersama saya. Ini kenyataan saya. Setiap kali saya bicara padanya atau berpikir tentang dia, yang teringat adalah kenyataan ini. Suatu hari terjadi salah paham di antara kami berdua. Itulah kenyataan terakhir yang ada. Ketika memikirkan pekerjaan, saya teringat pada apa yang terjadi di antara kami. Itulah kenyataan terakhir yang ada dalam pikiran saya. Bisa jadi saya membiarkan akal mendukung pandangan saya berdasarkan pengalaman yang terakhir karena begitulah tabiat akal. Akal tidak bisa memikirkan sesuatu lebih dari satu dalam waktu yang sama. Anda tidak bisa memikirkan kucing dan anjing dalam waktu bersamaan. Harus ada urutan dalam pikiran, ingatan, dan file-file data. Jika Anda katakan kucing, berarti Anda memulai darinya, lalu Anda memosisikan anjing sesudahnya. Begitulah akal berpikir berdasarkan pengalaman terakhir dan realita terakhir. Jika saya tidak membawa ingatan saya pada peristiwa sebelumnya maka hubungan kami pasti akan memburuk.

    Dalam hubungan suami-istri, jika kenyataan terakhir yang ada adalah pertengkaran maka akal akan memberi dukungan pada kenyataan ini. Apa pun yang terjadi dibangun oleh akal di atas kenyataan terakhir ini. Ketika suami memikirkan istrinya, atau sebaliknya, akal akan membawanya pada kenyataan terakhir. Maka, hubungan mereka dapat berujung pada perceraian.

    Jika Anda berpikir bisa sukses di dunia kerja, akal akan membeir dukungan pada Anda yang dibangun di atas kenyataan yang ada. Jika ternyata Anda gagal karena faktor tertentu, akal akan membangun dukungan di atas kenyataan gagal ini. Maka, bisa jadi Anda merasa menjadi tidak sanggup menanggung beban kerja yang pernah Anda cintai.

    Saya pernah diundang pada satu acara televisi yang dibuka untuk umum. Para pemirsa dapat mengajukan pertanyaan. Waktu itu seorang pemuda menghubungi saya. Ia mengaku baru dipecat dari pekerjaannya dan merasa diperlakukan sewenang-wenang. Ia juga menceritakan bahwa ia berusaha mencari pekerjaan di tempat lain. Namun, setiap kali bekerja, ia mengalami peristiwa yang membuatnya diberhentikan. Kini ia tidak lagi bekerja dan merasa frustrasi karena berbagai peistiwa yang dialami. Ia bertanya pada saya, “Apa yang harus aku lakukan?” Saya katakan padanya, “Tulislah di selembar kertas alasan-alasan yang Anda yakini menjadi faktor utama terjadinya pengalaman Anda. Setelah itu, cobalah lakukan perubahan. Carilah pekerjaan sesuai perubahan yang Anda lakukan dan keterampilan baru yang telah Anda kuasai.” Pemuda tersebut benar-benar mengindahkan saran saya. Faktor terbesar yang menyebabkan kegagalannya belakangan ini adalah akhlaknya. Ia tergolong temperamen. Ketika konflik dengan seseorang, apa pun jabatannya, ia tidak dapat mengontrol diri.

    Ia menggunakan “imajinasi kreatif” yang akan saya jelaskan nanti. Kemudian ia mencari pekerjaan dan berhasil mendapatkannya. Sudah dua tahun lebih ia bekerja di tempat kerja yang terakhir. Akalnya memberi dukungan pada kenyataan terakhir ini, yaitu mengontrol diri dalam kondisi apa pun.

    Akal membangun pikiran di atas pengalaman dan kenyataan terakhir. Perhatikan hal ini dan fokuskanlah akal Anda pada kenyataan yang positif.


Dr. Ibrahim Elfiky (Maestro Motivator Muslim Dunia)


Baca juga :  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar