Welcome to The Family

Kamis, 14 Februari 2013

Pikiran Memengaruhi Kondisi Jiwa

Sebagian besar manusia mengidap penyakit kejiwaan. Sebagian orang merasa cemas dan takut menghadapi masa depan atau sesuatu yang tidak jelas. Sebagian orang merasa gelisah dan frustrasi. Sebagian orang merasa kesepian meski bergelimang materi dan banyak keluarga, penyakit kejiwaan ini kita lihat menjangkiti anak manusia tanpa pandang bulu, termasuk kaum remaja. Menurut hasil penelitian sebuah lembaga yang mengkaji masalah kejiwaan dan fisiologis di New Zealand, angka bunuh diri di dunia meningkat dari 14% pada 1995 menjadi 23% pada 2005. Fenomena mencengangkan ini disebabkan antara lain:

1.    Kemajuan dan pertumbuhan yang begitu cepat

     Belakangan ini kita melihat dunia berjalan begitu pesat. Segala sesuatu bergerak cepat. Kita telah membuat berbagai alat serba cepat: mobil, pesawat, dan alat-alat kedokteran yang dapat bekerja dengan cepat. Bahkan, kini telah merebak makanan cepat saji yang sangat jauh dari kesehatan. Lebih dari itu, survei membuktikan bahwa makanan yang kaya lemak dan tidak memiliki nilai gizi ini disebut-sebut telah memicu berbagai penyakit yang bisa menimbulkan kanker. Pada gilirannya fenomena ini membuat sebagian orang merasakan ketidakseimbangan dalam menjalani hidup. Mereka seperti berada di area pacu tanpa batas dan jauh dari sentuhan spiritualitas. Mereka mudah merasa frustrasi, cemas, dan takut.

     Sebagai contoh dari fenomena serbacepat ini adalah restoran Pizza Hut yang mempromosikan penjualan produknya dalam waktu yang sangat cepat. Mereka katakan pada masyarakat, “Tentukan jenis pizza yang Anda inginkan, kami akan mengantarnya ke tempat Anda tiga puluh menit kemudian. Jika terlambat, kami akan memberi Anda pizza sejenis, gratis!”

     Selain Pizza Hut, Pizza Express juga menawarkan kecepatan. Mereka berkata, “Pizza yang Anda pesan akan tiba dalam waktu sepuluh menit. Jika terlambat, kami akan memberi Anda pizza sejenis, gratis!”

     Amatilah kehidupan di sekitar Anda: semua bergerak cepat. Bukan berarti kecepatan tidak bermanfaat, tapi kecepatan juga menjadi salah satu penyebab kecemasan, ketakutan, dan kegelisahan yang sangat memengaruhi kondisi kejiwaan.

2.    Perubahan

      Penyebab kedua adalah perubahan pesat. Segala sesuatu berubah secepat perputaran dunia. Pada era lima puluh atau enam puluhan, barang atau jasa yang merajai pasar tetap menjadi raja selama bertahun-tahun. Tetapi sekarang, perubahan terus terjadi setiap jam sampai enam bulan kemudian. Dalam kurun waktu tersebut kita sudah menemukan mobil model terbaru dan barang baru lainnya. Kondisi seperti ini memiliki niali positif. Namun, di sisi lain, mengambil keputusan untuk membeli sesuatu menjadi sangat sulit kerena terdapat banyak penawaran di pasar. Dari sudut ketenagakerjaan, perubahan kebutuhan menyebabkan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap karyawan yang tidak mempu menggunakan alat elektronik baru. Jadi, perubahan dan kecepatan menjadi penyebab seseorang terdepak dari tempat yang nyaman dan aman. Eksistensi diri dan keberlangsungan hidupnya terancam. Ia akan cemas, takut, dan mengalami stress berat.

3.    Persaingan

     Faktor ketiga adalah persaingan ketat yang disebabkan perubahan dan kecepatan itu. Pada 1964, Universitas Harvard melakukan penelitian tentang perubahan, kecepatan, dan persaingan. Kesimpulannya, dunia akan menyaksikan perubahan besar-besaran yang belum terlihat sebelumnya sehingga persaingan terjadi begitu ketat. Jika seseorang tidak dengan cepat menyesuaikan diri dengan kecepatan yang mewarnai dunia, tidak segera beradaptasi dengan perubahan besar-besaran ini, dan tidak kreatif memberikan sesuatu yang baru serta berbeda, maka hasilnya sebagai berikut:

     Perusahaan dan bahkan negara akan menghadapi kesulitan material yang berbahayakarena bisa menyebabkan kebangkrutan. Dalam kepribadian, ia melahirkan penyakit kejiwaan dan penyakit fisik, seperti meningkatnya tekanan darah, diabetes, dan jantung.

4.    Kehilangan semangat

      Hilang semangat adalah kondisi jiwa yang sering kita alami dari waktu ke waktu. Dalam kondisi seperti ini kita enggan melakukan apa pun, meski yang sederhana. Kondisi seperti ini membuat orang membuat orang merasa perbuatannya tidak berguna. Kehilangan semangat menyebabkan kehilangan banyak kesempatan. Bahkan bisa menjadi penyebab ia dikeluarkan dari tempat kerja atau, dalam beberapa kasus, perceraian. Ketika kehilangan semangat, seseorang akan menjauh dari  orang lain dan kadangkala bersikap fanatik secara berlebihan. Untuk keluar dari kondisi ini, sebagian orang memilih melakukan sesuatu, seperti makan meski  ia tidak lapar. Atau, menonton televisi sekian lama agar konsentrasinya berubah dan tidak memikirkan apa-apa. Ada pula yang memilih merokok, meminum minuman keras, dan mengonsumsi narkoba. Pilihan-pilihan ini tampaknya sederhana. Tetapi, dampaknya bisa sangat negatif. Kegiatan-kegiatan itu pun menambah kekuatan data (negatif) yang tersimpan di akal bwah sadar.

    Jika Anda kaji penyebab semua kondisi kejiwaan ini, baik stres, cemas, takut, gelisah, frustrasi, dan sebagainya, Anda akan tahu bahwa akar semua itu adalah pikiran. Semua perguruan tinggi di dunia memastikan bahwa lebih dari 75% penyakit kejiwaan ini disebabkan oleh pikiran.

5.    Desakan internal

    Aku menjadi tamu di sebuah acara televisi yang disiarkan secara langsung. Ada seorang perempuan menelepon dan mengaku kecanduan salah satu minuman berkarbon. Setiap hari ia minum tidak kurang dari sepuluh botol. Perempuan tersebut meminta kami membantu mencarikan jalan keluar dari persoalan yang dihadapi. Sebab, masalah tersebut mengakibatkan berat badannya bertambah dan tekanan darahnya meninggi. Untuk membantunya, saya mengajaknya berdialog.

    “Sejak kapan Anda mengalami kondisi seperti ini?” tanyaku mengawali. Perempuan itu menjawab, “Sejak tiga tahun lalu.”

     Saya bertanya, “Kapan Anda merasa keinginan itu menguat?” Ia menjawab, “Tergantung kondisi jiwaku, terutama ketika aku merasa bahagia, gundah, ketika menonton televisi, ketika sendirian, ketika bersama teman-teman, dan ketika makan.” Lebih lanjut ia berkata, “Setiap waktu bagiku cocok untuk mengonsumsi minuman berkarbon.”

     Kutanyakan, “Sekarang berapa persen keinginan Anda untuk menenggak minuman berkarbon?” Ia menjawab, “Lima puluh persen.”

     Saya meminta perempuan itu menaikkan persentase di benaknya. Ia pun berkata, “Enam puluh persen.”

     “Apa yang membuat Anda bisa secepat itu menaikkan persentase keinginan Anda?” Ia menjawab, “Aku membayangkan minuman berkarbon dicampur es.”

     Saya kembali memintanya menaikkan persentase keinginannya. Lima detik kemudian ia menjawab, “Kini bertambah menjadi tujuh puluh persen.” Dan, aku pun melontarkan pertanyaan yang sama, “Apa yang Anda lakukan?” Ia menjawab, “Aku membayangkan udara begitu panas, sedangkan minuman berkarbon itu dicampur dengan es.”

     Saya terus memintanya menaikkan persentase keinginannya hingga mencapai seratus persen. Dengan emosi ia berkata, “Kini benar-benar telah menjadi seratus persen.” Sebelum sempat berkata-kata, saya melontarkan pertanyaan lagi, “Apa yang Anda lakukan hingga mencapai tingkat persentase yang sangat tinggi seperti ini dalam waktu kurang dari tiga puluh detik?”

     Ia menjawab, “Pertama, aku membayangkan cawan berisi minuman berkarbon dicampur es dan udara sangat panas. Kemudian aku membayangkan aku baru saja selesai makan dan membutuhkannya. Karena itu, keinginanku meningkat menjadi seratus persen.”

     Saya katakan, “Sekarang akan melebihi seratus persen. Bayangkanlah udara sangat panas hingga keringat Anda bercucuran. Saat itu Anda melihat cawan berisi minuman berkarbon yang dingin dan segar. Fokuskan perhatian Anda pada minuman itu. Bayangkanlah Anda baru menyantap makanan dan didera dahaga dan Anda ingin sekali segera meminum isi cawan itu. Ketika rasa ingin Anda terus meninggi, bayangkanlah tidak ada minuman kecuali minuman yang ada dalam cawan itu.” Lalu saya katakan berkali-kali, “Ini cawan terakhir. Bisa jadi akan diambil orang lain. Maka, saya yakin keinginan Anda semakin meningkat.”

     Dengan nada kesal perempuan itu berkata, “Apa yang telah Anda perbuat terhadap aku? Anda membuat aku konsentrasi pada cawan itu dan menjadikannya satu-satunya yang aku inginkan dalam hidup: melebihi yang lain. Asal tahu, aku menghubungi Anda bukan untuk menambah masalahku.”

     Dalam kisah ini saya menjelaskan bahwa pikiran yang ia munculkan pada cawan itu telah memengaruhi perasaannya yang merupakan bahan bakar. Maka, langsung ada reaksi di mana perasaan kembali ke pikiran dan membuatnya tambah kuat. Dari pikiran dikirim ke perasaan hingga menjadi semakin kuat, lalu kembali lagi. Begitu seterusnya hingga seseorang mencapai puncak keinginan kemudian menjadi perilaku. Aku menyebut kondisi ini sebagai “desakan internal”. Sebab, dunia dalam diri kita mengalami kondisi sangat mendesak hingga seseorang berhasil mencapai yang diinginkan. Jika tidak mampu mencapai keinginan, ia merasa gagal dan akan stres berat.

     Selanjutnya saya katakan kepadanya, “Agar bisa bebas dari kebiasaan ini, mari kita melakukan sesuatu yang berseberangan.” Aku memintanya berpikir mengurangi tingkat persentase keinginan untuk mengonsumsi minuman berkarbon. Perempuan itu berkata, “Sudah kulakukan, kini menjadi tujuh puluh persen. Untuk mencapai penurunan persentase itu, aku membayangkan minuman itu hangat.” Saya terus meminta perempuan itu mengurangi persentase keinginannya. Ia bilang, “Sekarang lima puluh persen karena hawa cukup dingin.” Saya terus memintanya mengurangi hingga menjadi nol persen. Sejenak perempuan itu terdiam. Tidak lama kemudian ia angkat suara, “Sekarang sudah nol persen. Sebab, aku membayangkan udara sangat dingin, sedangkan minuman berkarbon itu panas. Di sisi lain, aku juga membayangkan sangat kenyang. Perutku tidak muat menampung apa-apa lagi.”

     “Kita bisa mencapai angka di bawah nol persen,” kata saya. Saya katakan, “Pikirkanlah bahwa udara sangat dingin.” Perempuan itu menyela, “Sudah kupikirkan.” Aku berkata, “Bayangkan di hadapanmu terhidang minuman berkarbon yang sangat panas.” Ia berkata, “Aku melihatnya di hadapanku. Ya, minuman itu benar-benar panas. Aku sama sekali tidak ingin menyentuhnya.” Saya katakan, “Bayangkanlah Anda menyantap sejumlah makanan. Anda tidak bisa lagi memasukkan makanan apa pun ke dalam perut. Jika memaksa makan sesuatu, semua isi perutmu akan terkuras, dimuntahkan.” Perempuan itu berkata, “Aku bisa merasakannya.”

    Ketika itu saya katakan, “Sekarang Anda tidak perlu berbicara. Pikirkan, tetaplah berkonsentrasi pada ucapanku, dan rasakanlah. Bayangkan Anda sedang menyantap makanan dalam keadaan sangat lapar dan dahaga. Banyak makanan sudah Anda santap. Perut Anda sudah benar-benar penuh. Tetapi, Anda merasa haus. Di depan Anda terhidang minuman berkarbon. Ambillah dan rasakan bahwa minuman itu panas. Rasakan bahwa udara sedang dingin dan Anda sama sekali tidak ingin menenggak minuman panas itu. Tapi apa pun keadaannya, Anda tetap memutuskan untuk meminumnya. Rasakan panasnya dan baunya yang tidak sedap. Lihatlah bahwa di dalam cawan itu ada lalat. Rasakanlah bahwa di mulut Anda ada kaki kecoak. Bau tak sedap semakin menyengat, bangkai lalat dalam cawan, dan kaki kecoak ada di mulut Anda. Rasakanlah bahwa Anda hampir memuntahkan seluruh makanan yang baru saja Anda santap.” Pada saat itu saya memutus sambungan telepon. Tidak lama kemudian, perempuan itu menghubungi lagi. Ia berkata, “Anda menutup telepon karena seluruh isi perutku benar-benar keluar. Aku sama sekali tidak berselera terhadap minuman berkarbon ini.”

     Ini contoh sederhana tentang kekuatan pikiran dan pengaruhnya terhadap akal, konsentrasi, dan perasaan. Setelah itu, ia kembali lagi pada pikiran sehingga menjadi tambah kuat. Konsentrasi pun bertambah kuat, begitu pula perasaan. Yang demikian itu seperti bom aktif dalam tubuh dan bertambah kuat sampai meledak menjadi fanatisme, tangisan, nafsu makan, merokok, dan sebagainya. Perbuatan apa pun, positif atau negatif, bermula dari pikiran. Pikiran itu mengalami siklus internal kemudian keluar. Dengan begitu, file yang berkaitan dengannya semakin dalam dan kuat dibandingkan sebelumnya. Lebih dari itu, ia terekam semakin kuat di akal bawah sadar.

     Sebagaimana Anda lihat, pikiran itu memiliki kekuatan luar biasa hingga menentukan perjalanan hidup anak manusia, baik dalam urusan rumah tangga, usaha, sosial, kesehatan, dan spiritual. Karena itu, jika Anda benar-benar ingin melakukan perubahan positif dalam hidup, memiliki kemauan yang keras, dan telah bulat memutuskan untuk memulainya sekarang serta terus melanjutkan, maka mulailah dari langkah pertama. Apa itu? Tawakkal pada Allah, dengan begitu, Anda akan mendapatkan kekuatan spiritual yang memadai untuk melakukan perubahan. Setelah itu perhatikanlah pikiran Anda. Ganti dengan pikiran-pikiran yang mendukung dan memberi semangat pada Anda. Jadikanlah desakan dalam diri Anda untuk berbuat sesuatu yang berguna bagi Anda.[]

Dr. Ibrahim Elfiky (Maestro Motivator Muslim Dunia)



Baca juga :
Pikiran Memengaruhi Sikap
Pikiran Memengaruhi Hasil  
Pikiran MemengaruhiCitra Diri
Pikiran Memengaruhi Harga Diri
Pikiran dan Rasa Percaya Diri 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar