Welcome to The Family

Minggu, 27 Januari 2013

Pikiran Memengaruhi Sikap

Sampai sekarang kita masih bicara tentang kekuatan pikiran dan pengaruhnya terhadap akal yang membuat Anda berkonsentrasi pada sesuatu. Konsentrasi ini menyebabkan lahirnya perasaan tertentu dalam diri Anda. Selanjutnya perasaan mendorong Anda untuk bersikap. Saat ini terlihat ekspresi wajah dan tubuh Anda bergerak untuk menguatkan ucapan Anda. Penggerak utama semua itu adalah pikiran.

Para ilmuwan membagi sikap menjadi tiga. Sebelum menjelaskan detail setiap bagian, ada satu prinsip yang harus Anda ketahui, yaitu:

“Manusia Bukan Sikapnya”

Manusia adalah ciptaan-Allah yang paling sempurna. Ia dibentuk oleh kehidupan, pengetahuan, nilai-nilai, dan keyakinan yang melahirkan sikap. Karena itu, lebih dari 90% sikap kita bersifat spontan, terjadi tanpa pertimbangan logis. Sikap kita sering terjadi karena kebiasaan dan pengaruh dari luar. Jangan melakukan generalisasi hingga Anda mengatakan bahwa “orang tertentu sebagai sosok yang negatif” “istriku payah”, dan “anakku gagal”. Sebab, yang Anda vonis adlah sikap, bukan manusianya. Jangan pula mengatakan diri Anda gagal, cemas, takut, atau bersikap negatif lainnya. Bedakan antara diri Anda dengan sikap Anda. Anda bukan rasa takut, cemas, atau gugup. Semua itu terjadi karena ada kondisi yang membuat Anda berpikir takut atau cemas. Kondisi inilah yang membuat Anda tidak bisa tampil sebagai makhluk-Allah yang paling sempurna.

Setelah mengetahui bahwa sikap tidak menggambarkan hakikat kita sebagai makhluk yang paling sempurna, tapi sesuatu yang diprogram oleh dunia luar hingga terjadi secara spontan, sekarang akan saya paparkan setiap sikap secara detail:

1.    Sikap memusuhi atau menyerang
Sikap ini memiliki sifat buas. Karena itu, beberapa psikilog menyebutnya sebagai sikap buas. Sikap ini terjadi pada seseorang jika ada bahaya yang mengancamnya atau ada sesuatu yang menghalanginya dalam mewujudkan suatu keinginan. Mungkin juga penyebabnya adalah rasa takut, tidak percaya diri, dan tidak mampu mengontrol keadaan dengan cara lain. Dalam kondisi seperti ini, ucapan seseorang cenderung kasar, meledak-ledak, akan menyerang, dan ekspresi wajahnya berubah. Seseorang menggunakan sikap ini untuk menghindar dari tanggung jawab atau memaksakan pendapatnya pada orang lain.

2.    Sikap taat dan menerima
Sikap semacam ini digunakan seseorang karena beberapa sebab, antara lain:

•    Menghindari bentrok dengan orang lain,
•    Menghindari tantangan,
•    Menghindari dampak negatif tantangan, dan
•    Tidak ingin jadi pusat perhatian.

Sebab-sebab itu bersumber pada rasa takut menghadapi tantangan dan akibatnya. Bisa juga karena penerimaan masyarakat yang dianggap penting oleh seseorang. Oleh karena itu, ia tidak ingin mengecewakan orang lain. Ia ingin tetap diterima oleh masyarakat hingga ia rela mengurangi haknya. Ia tidak berkata “tidak” pada siapa pun. Dengan cara seperti itu, ia merasa tenang karena terhindar dari konflik dan merasa selalu diterima oleh masyarakat. Orang seperti ini bisa jadi dimanfaatkan oleh orang lain hingga ia akan merugi.

Secara umum kita melihat orang menggunakan sikap ini sebagai cara beradaptasi dengan lingkungan. Ada kalanya sikap ini membuatnya merasa frustasi dan merasa lebih kecil dari orang lain hingga melahirkan rasa tidak percaya diri untuk menentukan sikap. Dalam beberapa kesempatan, orang seperti ini menghadapi beberapa masalah, rendah diri (minder), merasa gagal, cemas, dan takut yang merupakan penyakit. Mentalnya tidak akan stabil dalam bersosialisasi.

3.    Sikap tegas dan percaya diri
Konon, sikap tegas dan percaya diri ini berbeda pada kaum laki-laki dan perempuan. Laki-laki dengan sikap ini pasti memiliki kemampuan mengendalikan segala sesuatu dan mampu mengontrol diri dalam berinteraksi dengan orang lain. Perempuan dengan semacam ini menguasai dan menjadi sosok diktator. Ia ingin menunjukkan pada orang lain bahwa dirinya mampu memikul tanggung jawab karena kapasitas dan keterampilan yang ia miliki.

Sebuah lembaga kajian di New York memberikan pemahaman tentang sikap tegas dan percaya diri sebagai kemampuan mengontrol diri secara sempurna dengan amanah dan ikhlas sesuai dengan tuntutan yang ada. Sikap ini membuat semua orang merasa sama hingga meningkatkan keuntungan, baik secara pribadi atau di dunia kerja. Orang yang memiliki sikap seperti ini selalu mencari cara baru untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuannya agar selalu berprestasi.[]


Dr. Ibrahim Elfiky (Maestro Motivator Muslim Dunia)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar