Welcome to The Family

Rabu, 13 Februari 2013

Pikiran dan Rasa Percaya Diri


Percaya diri adalah berbuat dengan penuh keyakinan. Apa pun tantangan yang dihadapi dan dalam kondisi apa pun ia akan menggapai cita-citanya. Rasa percaya diri adalah kekuatan yang mendorong seseorang untuk maju dan berkembang serta selalu memperbaiki diri. Tanpa rasa percaya diri, seseorang akan hidup di bawah bayang-bayang orang lain. Ia akan selalu takut pada kegagalan dan sesuatu yang tidak diketahui. Karena itu, ia tidak berani melakukan perubahan sekecil apa pun untuk keluar dari kebiasaan. Orang semacam ini bisa jadi sangat menderita di tempat kerja sehingga ia selalu mengeluhkan pimpinannnya dan tidak melakukan kemajuan berarti. Ia selalu tidak berani melakukan perubahan karena takut gagal.

Ada seorang istri yang sangat menderita dalam pernikahannya, tapi tidak berusaha melakukan perubahan positif, baik sekadar dengan mengubah pola hidup bersama sang suami atau benar-benar meninggalkannya. Ada seorang siswa yang sudah belajar sungguh-sungguh, tapi pada saat menghadapi ujian ia selalu memikirkan kegagalan. Alhasil, pikiran yang ada meluruhkan rasa percaya dirinya. Dan membuatnya gagal. Begitu pula seorang atlet yang tidak percaya diri tidak akan menang. Sebab, selain latihan fisik dan mental, untuk menggapai kemenangan harus ada rasa percaya diri.

Ada orang yang percaya diri ketika menghadapi sesuatu. Namun, ketika menghadapi tantangan tertentu, ia merasa akan gagal. Dalam hal ini ia telah membiarkan pikirannya membuka file-file kegagalan dalam menghadapi tantangan itu.

Dalam sebuah perjalanan ke Louisiana, Amerika Serikat, saya mengadakan pelatihan kekuatan dan kepercayaan diri. Usai pelatihan, beberapa orang yang ikut serta mendatangi saya. Seorang perempuan berusia tiga puluhan berkata, “Dr. Ibrahim, aku takut menikah. Sudah dua kali aku menikah dan kandas di tengah jalan. Setelah itu, aku menolak setiap laki-laki yang hendak mempersuntingku. Aku tidak percaya pada siapa pun, termasuk pada diriku sendiri. Jika aku menikah lagi aku yakin akan kembali gagal membinanya.”

Pemuda berusia dua puluhan angkat bicara, “Aku sangat berhasil dalam pendidikan. Nilaiku nilaiku di atas sembilan puluh persen sehingga aku bisa masuk fakultas kedokteran seperti yang kuimpikan. Namun di bangku kuliah, nilai dua mata pelajaranku jelek. Sejak itu, aku kehilangan rasa percaya diri. Aku dihantui rasa takut gagal, padahal sebelumnya tidak pernah merasa seperti itu. Aku pun merasa frustrasi.”

Seorang laki-laki berusia empat puluhan ikut bicara, “Aku punya restoran kecil. Dalam mengelola rumah makan itu, aku terbilang sangat berhasil. Tak heran bila kemudian aku ingin memperluasnya. Aku pun membeli tempat yang lebih besar. Tidak sedikit biaya yang kukeluarkan untuk membuka tempat baru, termasuk untuk kepentingan promosi dan iklan. Tetapi hasil yang kudapat tidak seperti yang kubayangkan. Aku tidak patah arang. Siang dan malam aku terus memeras keringat, namun hasilnya tetap seperti semula, tidak ada perbaikan. Aku tidak mampu melunasi utang-utangku pada bank. Tidak lama kemudian restoran itu disita. Sekarang aku bekerja sebagai karyawan biasa di sebuah rumah makan sederhana. Aku masih bercita-cita membuka restoran lagi, tapi rasa percaya diriku terlalu kecil. Karena itu, aku belum mengambil langkah-langkah konkret untuk mewujudkan cita-cita itu.”

Tiga kisah di atas memberi pengertian kepada kita tentang lemahnya kepercayaan diri dan bahwa tantangan kehidupan sangat memengaruhi pikiran seseorang hingga membuatnya berpikir negatif dan melahirkan keyakinan negatif tentang diri serta kemampuannya. Ia akan terpenjara dalam pikiran negatif yang memengaruhi setiap kehidupannya.

Pikiran positif membantu membangun percaya diri. Dampaknya adalah perbuatan positif yang membantu seseorang berani menghadapi tantangan hidup. Muhammad Ali, petinju terkenal, selalu berkata dalam hati, “Aku petinju yang hebat. Apa pun yang terjadi aku tetap petinju yang hebat. Akulah petinju terbaik di dunia ini.” Dalam sebuah wawancara di televisi, ia ditanya, “Mengapa Anda selalu berkata demikian?” Muhammad Ali menjawab, “Karena kalimat itu memberiku rasa percaya diri, menguatkan keinginanku, dan membuatku konsentrasi pada target yang ingin aku capai. Jika akhirnya gagal, aku akan belajar dari kegagalan, kemudian berlatih lebih baik lagi hingga berhasil.” Lebih lanjut ia berkata, “Pikiran sangat berbahaya. Pikiran bisa menjadi penyebab kegagalan dan bisa pula menjadi pendukung keberhasilan. Pikiran adalah sumber percaya diri.”

Kalimat senada selalu diucapkan Michael Johnson, pemain basket terkenal asal Amerika. Pada acara penghormatan untuknya ia berkata, “Di antara pendukung utama keberhasilanku adalah keterampilan berpikir. Aku meletakkan pikiran positif di akalku, kemudian kuikat dengan perasaanku. Setelah itu, aku berimajianasi dengan diriku. Aku percaya diriku bisa menghadapi kondisi apa pun yang terjadi. Dengan begitu, aku telah membantu pikiranku untuk membantu menggapai impianku.”

Saya teringat saat belajar hipnotis dengan sugesti klinis di Amerika Serikat. Selesai belajar—kurang lebih sepuluh jam sehari—selama sepuluh hari,  saya mendengar kabar di sana ada seorang gadis sembilan tahun mendapat penghargaan marketing terbaik di Amerika. Ia berhasil menjual empat ribu kaleng biskuit dalam tempo kurang dari enam bulan. Mendengar akan digelar acara penghargaan di televisi pukul delapan sore, tentu saya tidak mau ketinggalan untuk menontonnya sampai selesai. Saya berdecak kagum pada kepercayaan diri gadis itu. Setelah menerima penghargaan the best marketing di Amerika, wartawa menanyainya, “Bagaimana Anda bisa menjual biskuit sebanyak itu dalam tempo relatif singkat?” Gadis itu menjawab, “Ayahku meninggal dunia saat aku berusia lima tahun. Aku sangan mencintainya. Sepeninggalnya, aku merasa kesepian. Aku sedih. Namun, berkat belas kasih Tuhan dan bantuan ibuku yang sangat kucintai, aku bisa menguasai diriku. Tidak lama kemudian, aku tahu ibuku menderita penyakit kanker. Para dokter mengatakan kesempatan hidupnya tidak lebih dari satu tahun. Aku benar-benar merasa frustrasi. Padahal, aku tahu, ibuku belum pernah pergi melanglang dunia. Aku juga tahu ibuku punya keinginan untuk melihat-lihat negara lain. Nah, ketika kutahu ada sayembara marketing yang berhadiah 20.000 dolar dan jalan-jalan ke luar negeri, kuputuskan untuk memenangkan perlombaan itu, apa pun yang terjadi.

Semua itu kulakukan demi ibuku yang sangat kucintai. Aku benar-benar maju. Panitia audisi menolakku karena dinilai belum cukup umur dan tidak punya pengalaman di bidang penjualan. Karena tidak putus asa, aku terus mendesak agar diperbolehkan ikut serta. Akhirnya, mereka memberiku kesempatan. Ketika genderang sayembara ditabuh, aku mulai bergerak. Setiap pintu rumah yang aku lihat pasti aku ketuk. Kepada mereka aku katakan, ‘Aku gadis sembilan tahun. Ibuku menderita kanker. Kata dokter, kesempatan hidupnya tidak lebih dari satu tahun. Padahal, ia punya impian jalan-jalan ke luar negeri sebelum menutup mata. Aku menjual biskuit ini untuk memenangkan sayembara agar bisa membawa ibuku melanglang buana.’ Setelah berkata demikian, kudekati pemilik rumah dan kutatap matanya. Dengan suara lirih penuh percaya diri kukatakan, ‘Berapa kaleng yang Anda inginkan agar aku bisa membantu mewujudkan keinginan ibuku?’ Dengan cara seperti itu, aku bisa menjual sekitar lima kaleng dalam setiap rumah yang kusambangi.”

Usai acara, gadis itu di-close up kamera untuk menyampaikan pesan langsung kepada pemirsa. Ia berkata, “Kalian telah mendengar ceritaku. Kalian semua tahu aku melakukan hal ini untuk membantu ibuku tercinta mewujudkan impiannya. Kalau begitu, berapa kaleng yang yang kalian inginkan?!” Saat semua orang terperangah, gadis itu bisa memanfaatkan kesempatan untuk menarik simpati ribuan pemirsa yang asyik menyaksikan seorang gadis belia yang sangat percaya diri. Alhasil, ia berhasil menambah angka penjualannya sebesar 70.000 kaleng. Semua itu karena kepercayaan yang bulat bisa mencapai target dan kepercayaan dirinya bahwa ia bisa berhasil, apa pun yang terjadi.

Ini contoh kekuatan pikiran yang menjadi sumber percaya diri. Karena itu, jika Anda benar-benar ingin meningkatkan dan memperkuat rasa percaya diri, tanamkanlah pikiran positif. Jadikanlah konsentrasi Anda pada hal-hal positif hingga menumbuhkan rasa percaya diri, apa pun yang terjadi. Otak akan membukakan file-file percaya diri yang lebih kuat dan mendalam di ruang memori akal bawah sadar. Demikian itu sangat berpengaruh pada perilaku dan hasil yang Anda raih.

Sekarang, setelah semakin jauh berjalan jauh berjalan dan melintasi samudra kekuatan pikiran, kita tahu bahwa pikiran memiliki proses yang dalam. Pikiran membuat file-file akal yang memengaruhi jiwa, raga, perasaan, sikap, dan dampaknya. Pikiran memengaruhi citra diri Anda, penghargaan Anda terhadap diri sendiri, dan rasa percaya diri Anda.

Mari kita tuntaskan perjalanan mengarungi samudra kekuatan pikiran positif dan sikap strategis. Mari kita lanjutkan menyingkap sumber kebahagiaan dan kesengsaraan serta keberhasilan dan kegagalan.[]



Dr. Ibrahim Elfiky (Maestro Motivator Muslim Dunia)


Baca juga :

Pikiran Memengaruhi Perasaan
Pikiran Memengaruhi Sikap
Pikiran Memengaruhi Hasil 
Pikiran MemengaruhiCitra Diri
Pikiran Memengaruhi Harga Diri
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar