Welcome to The Family

Jumat, 15 Februari 2013

Pikiran Memengaruhi Kondisi Kesehatan

Dalam Energy Medicine Dr. Herbert Spencer dari Universitas Harvard mengatakan bahwa jiwa dan tubuh saling melengkapi. Ia juga mengatakan bahwa lebih dari 90% penyakit tubuh disebabkan oleh jiwa. Inilah yang disebut dengan Psycho-Somatic Disease. Istilah ini berasal dari kata psycho yang berarti jiwa dan somo yang berarti tubuh. Maksudnya, jiwa (psycho) berpikir dan memengaruhi tubuh (somo).

Dalam buku itu disebutkan bahwa apa yang dipikirkan oleh jiwa berpengaruh pada seluruh anggota tubuh bagian luar, baik pada ekspresi wajah maupun gerakan tubuh. Pikiran jiwa berpengaruh pada anggota tubuh bagian dalam, seperti bertambahnya detak jantung, suhu tubuh, proses bernapas, dan tekanan darah yang ikut memengaruhi liver, ginjal, limpa, lambung, paru-paru, dan lain-lain.

Pada 1986, salah satu fakultas kodekteran di San Fransisco menambahkan dalam sebuah penelitian tentang dialog dengan jiwa. Menurut hasil penelitian itu, lebih dari 75% penyakit tubuh berasal dari dialog negatif dengan jiwa. Itulah yang oleh ahli jiwa disebut “sandiwara internal”. Inilah cara orang menggambarkan kehidupan dalam benaknya, termasuk pikiran-pikiran dan susunannya dalam mental. Yang demikian ini menyebabkan banyak penyakit, antara lain serangan jantung, pusing, tekanan darah, melemahkan sistem saraf, dan menurunkan kekebalan tubuh. Bahkan dapat menyebabkan kanker.

Ahli pengobatan dengan energi yang lain, Mantak Chia, menulis dalam buku Inner Smile bahwa pikiran memengaruhi panca indra kemudian memengaruhi seluruh anggota tubuh bagian dalam. Hal ini menyebabkan hilangnya keseimbangan energi seseorang dan mengakibatkan munculnya berbagai penyakit.

Dalam sebuah hadis Rasulullah besabda, “Jangan kalian pura-pura sakit sehingga benar-benar jatuh sakit.” Hadis ini menegaskan bahwa pikiran bisa menimbulkan penyakit. Jika seseorang selalu berpura-pura sakit, lambat laun akan menjadi kenyataan.

Pada masa kecil dulu saya pernah menonton film Arab yang mengisahkan seorang ayah sedang marah besar karena ulah anaknya. Tiba-tiba ia berteriak sembari memegang dada. Ia menjatuhkan diri ke tanah. Berkali-kali ia berkata, “Jantungku ... Jantungku ...” Tidak lama kemudian ia pingsan dan akhirnya dibawa ke rumah sakit. Di sana  dilakukan bedah jantung, dan ia mengembuskan napas yang terakhir. Ingatkah Anda akan peristiwa semacam ini?!

Ini memang hanya film. Tetapi jika kita melihatnya secara ilmiah, kita akan tahu bahwa pikiran yang ada dalam benak kita akan meluas dan menyebar. Otak akan membuka file-file yang menguatkan pendapat kita. Dengan demikian, pikiran berpengaruh pada ekspresi wajah dan seluruh anggota tubuh bagian luar atau bagian dalam.

Pikiran negatif bisa membuat degup jantung semakin kencang, tekanan darah meninggi, napas semakin cepat, tubuh gemetar, suhu tubuh berubah sehingga sangat berpengaruh pada sistem saraf dan kekebalan tubuh. Selain itu, pikiran negatif juga dapat membuat seseorang merasa tercekik, berkeringat, berbicara terbata-bata, dan lain-lain. Semua itu bisa terjadi hanya dengan satu pikiran. Berikut saya sampaikan kepada Anda kisah nyata yang terjadi di Montreal. Kisah nyata berikut ini menegaskan bahwa pikiran benar-benar berpengaruh pada kondisi kesehatan:

Michael berusia empat puluh. Ia bekerja sebagai direktur London Life, perusahaan asuransi yang cukup terkenal di Kanada. Kepada saya ia mengaku memiliki penyakit alergi yang  menimbulkan banyak masalah dan membuatnya tidak dapat berangkat kerja. Penyakit alergi ini menyerangnya hanya pada musim panas, tepatnya pada bulan Juli, setiap tahun.

Saya bertanya pada Michael, “Sejak kapan Anda merasakan hal itu?” Ia menjawab, “Pastinya sejak lima tahun silam.”Saya tanya lagi, “Ingatkah Anda, kapan mulai merasa seperti itu?” Ia menjawab, “Ya. Sekitar lima tahun yang lalu, aku berada di taman rumah bersama ayahku. Saat itu bulan Juli dan udara kurasakan sangat panas. Aku merasa tidak dapat buang air dan pilek. Ayahku bilang, ‘Sepertinya kamu menderita  alergi bulan Juli.’ Saat itu aku berpikir ayahku benar, aku menderita alergi. Sejak itulah aku merasa alergi pada bulan Juli. Sudah banyak dokter kudatangi. Semua mendiagnosis aku menderita alergi.” Saya bertanya, “Sekarang usiamu 42 tahun. Anda bilang menderita alergi sejak lima tahun silam. Artinya sejak Anda berusia 37 tahun. Selama itu berarti Anda sehat-sehat saja, pada bulan Juli maupun pada bulan lainnya. Begitu?” Michael menjawab, “Ya, benar.” Saya bertanya lagi, “Jika saat ini Anda tidak lagi bersama ayah Anda, kemudian terjadi peristiwa serupa dengan yang Anda alami dulu, apakah Anda masih akan berpikir menderita alergi?” Michael menjadi, “Entahlah. Sepertinya aku tidak akan berpikir seperti itu. Aku akan menjalani bulan Juli seperti melewati bulan-bulan yang lain.” Saya tanyakan lagi, “Lantas apa pendapat Anda?” Michael berkata, “Sepertinya aku telah memprogram diriku dengan pendapat ayahku. Selanjutnya aku ikat ucapannya dengan perkataanku, lalu aku konsentrasi padanya hingga aku mempercayainya. Berkali-kali aku katakan hal itu pada diriku. Lebih dari itu, aku berpikir akan diserang alergi sebelum datang bulan Juli. Ternyata benar. Maka, kondisi itu membuatku sangat yakin bahwa apa yang kuderita disebabkan pikiranku sendiri.”

Kami mulai mengobatinya dengan cara menghipnotis dengan sugesti. Saya memakai pola kembali ke masa lalu: mengobati jiwa yang masih muda dan mengubah realitas yang terjadi. Saya membantu akal bawah sadar membuka file-file yang menegaskan bahwa kesehatannya tidak bermasalah sepanjang tahun. Saya beri penguatan dan sugesti yang wajar pada sistem kekebalan. Michael berhasil ditangani. Sejak itu, Michael sangat berhati-hati dalam berkata pada dirinya sendiri atau mendengar komentar orang lain. Ia hanya mau memikirkan hal-hal yang mendukungnya untuk tumbuh dalam kondisi sehat.

Ini kisah nyata sederhana yang menguatkan hasil penelitian itu: pikiran berpengaruh pada kesehatan, baik pikiran positif maupun negatif.[]


Dr. Ibrahim Elfiky (Maestro Motivator Muslim Dunia)



Baca juga :

Pikiran Memengaruhi Hasil  
Pikiran MemengaruhiCitra Diri
Pikiran Memengaruhi Harga Diri
Pikiran dan Rasa Percaya Diri 

Pikiran Memengaruhi Kondis Jiwa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar