Welcome to The Family

Minggu, 10 Februari 2013

Kekuatan Pikiran


BAGIAN PERTAMA
KEKUATAN PIKIRAN

Pikiran adalah kekuatan yang sangat efektif.
Tanpanya, setiap kekuatan hanya besar saja.


Kekuatan Pikiran

Kemuliaan manusia terletak pada pikirannya.

Dalam al-Khawâthir, Syekh Muhammad Mutawallî al-Sya‘râwî mengatakan, “Pikiran adalah alat ukur yang digunakan manusia untuk memilih sesuatu yang dinilai lebih baik dan lebih menjamin masa depan diri dan keluarganya.” Dengan berpikir, kata James Allan, seorang bisa menentukan pilihannya. Dalam psikologi-sosial, ilmuwan mendefinisikan “berpikir” sebagai bagian terpenting yang membedakan manusia dari binatang, tumbuhan, dan benda mati. Dengan berpikir, manusia bisa membedakan yang bermanfaat dan tidak bermanfaat; antara yang halal dan yang haram; antara yang positif dan yang negatif. Dengan begitu, ia bisa memilih yang cocok bagi dirinya dan bertanggung jawab atas pilihannya.
Dalam Quwwat al-Tahakkum fi al-Dzât, saya mengutip kalimat bijak dari filsafat India Kuno, “Hari ini Anda tergantung pada pikiran yang datang saat ini. Besok Anda ditentukan oleh ke mana pikiran membawa Anda.” Begitulah kenyataannya. Perasaan dan perbuatan pasti dimulai dari pikiran. Pikirkanlah yang menjadi pendorong setiap perbuatan dan dampaknya. Pikirkanlah yang menentukan kondisi jiwa, tubuh, kepribadian, dan rasa percaya diri.
Dalam Alladin Factor karya Jack Canfield dan MarkViktor Hansen saya menemukan informasi yang menghentak kesadaran. Dalam buku itu disebutkan bahwa setiap hari manusia menghadapi lebih dari 60.000 pikiran. Satu-satunya yang dibutuhkan sejumlah besar pikiran ini adalah pengarahan. Jika arah yang ditentukan bersifat negatif maka sekitar 60.000 pikiran akan keluar dari memori ke arah negatif. Sebaliknya, jika pengarahannya positif maka sejumlah pikiran yang sama juga akan keluar dari ruang memori ke arah yang positif.
Pada 1986, penelitian Fakultas Kedokteran di San Francisco menyebutkan bahwa lebih dari 80% pikiran manusia bersifat negatif. Hasil penelitian ini memperkuat pernyataan bahwa nafsu cenderung menyuruh pada keburukan (ammârah bi al-sû’). Dengan hitung-hitungan sederhana, 80% dari 60.000 pikiran, berarti setiap hari kita memiliki 48.000 pikiran negatif semua itu turut mempengaruhi perasaan, perilaku, serta penyakit yang mendera jiwa dan raga. Jika demikian, kita harus ekstra hati-hati dalam memilih pikiran di benak kita.

Sekarang saya ingin bertanya:
Ketika Anda merasa lapar dan di hadapan Anda tersaji tiga menu: makanan rumahan, makanan hotel berbintang lima, dan makanan dari keranjang sampah. Mana yang akan Anda pilih?
Ketika pertanyaan ini saya lontarkan dalam seminar dan pelatihan yang saya gelar, tak seorang pun memilih makanan dari keranjang sampah. Ada yang memilih makanan rumahan dan ada yang memilih makanan hotel berbintang. Mengapa demikian? Karena setiap orang sangat memperhatikan kelangsungan hidupnya. Tak seorang pun memilih sesuatu yang berdampak negatif bagi kelangsungan hidupnya.
Jika manusia benar-benar tidak ingin meletakkan sesuatu yang berbahaya dalam tubuhnya, mengapa ia mengisi pikirannya dengan pengaruh negatif pada setiap aspek hidupnya, termasuk kesehatan jiwa dan raganya? Mengapa ia memberi gizi pikirannya dari keranjang sampah? Hal ini bergantung pada proses sebelumnya: orangtua, keluarga, lingkungan, sekolah, dan media informasi.
Jadi, kita hampir tidak punya pilihan gizi untuk pikiran dan proses perkembangannya. Kini saatnya kita memilih berbagai pikiran seperti halnya kita memilih makanan yang kita santap dan pakaian yang kita kenakan. Untuk mewujudkan semua itu, kita harus tetap tawakkal pada Allah. Kita mulai dari memahami arti pikiran dan kekuatannya. Pikiran adalah kekuatan. Dalam Al-Qur’an Allah Swt. membedakan antara orang berilmu dan yang tidak. Dia berfirman, Katakanlah, “Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” (al-Zumar: 9)
Karena itu, mari kita mulai menjelajahi kekuatan pikiran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar