Welcome to The Family

Sabtu, 02 Februari 2013

Pikiran Memengaruhi Hasil

Pikiran memengaruhi akal dan membuatnya berkonsentrasi pada suatu makna. Otak kemudian membuka file-file yang serupa dengan makna tersebut dan mempengaruhi perasaan Anda. Ada perasaan yang menyala-nyala dan ada yang tenang sesuai dengan pikiran yang ada. Perasaan adalah bahan bakar bagi sikap yang digunakan orang dalam menggerakkan tubuh, mengekspresikan wajah, dan berbicara. Semua itu mendatangkan hasil yang ingin diwujudkan ketika itu. Otak akan mengambil hasil itu dan menyimpannya dalam file khusus dalam memori. Dengan begitu, pikiran semakin kuat dan dalam.


Begitulah mata rantai yang terus berputar: pikiran, konsentrasi, perasaan, sikap, dan hasil. Jika seseorang menilai hasil yang didapat tidak membantunya untuk maju dalam kehidupan, tapi justru menambah beban psikologis dan material, dan ia ingin menggapai hasil lain yang positif, maka yang pertama harus ia lakukan adalah mengubah akar pikiran dalam dirinya. Hal ini mengingatkan saya pada kisah dua sahabat, Samîr dan Mun’im, yang saya temui dalam perjalanan di wilayah Arab.

Setelah sepuluh tahun bekerja di sebuah perusahaan asuransi, pihak manajemen memutuskan menggabung beberapa divisi untuk menekan pengeluaran yang berdampak negatif pada perusahaan. Buntut dari kebijakan ini adalah pengurangan karyawan, termasuk Samîr dan Mun’im. Langkah ini terpaksa diambil karena angka penjualan mereka merosot tajam. Bagi dua sahabat ini, kebijakan perusahaan tak ubahnya mimpi buruk di siang bolong. Mereka merasa telah memberikan yang terbaik untuk perusahaan. Mereka terpaksa keluar dari perusahaan dengan perasaan kecewa.

Samîr segera mencari jalan keluar. Ia berkata kepada temannya, “Percayalah, Allah tidak mungkin membiarkan kita. Dialah yang satu-satunya mengatur rezeki. Karena itu, jangan cemas, Mun’im. Besok kita cari pekerjaan lain. Seperti kita bisa mendapatkan pekerjaan ini, kita pun bisa mendapatkan pekerjaan lain.” Samîr tampak sangat optimis. Mun’im sebaliknya. Ia kelihatan putus asa. Mun’im berkata, “Kamu suka bermimpi, Samîr. Bagaimana mungkin kita bisa mendapatkan pekerjaan lain?! Tidakkah kau melihat sekitarmu? Tidak ada lowongan! Persaingan antarpekerja begitu ketat. Aku yakin kita tersisih. Sebaiknya kita pindah ke daerah lain.”

Dua orang bersahabat itu akhirnya pulang ke rumah masing-masing. Esok harinya, Samîr mulai mencari pekerjaan tapi tidak berhasil. Meski demikian, ia tidak patah arang. Seminggu kemudian, ia mendengar kalimat yang sama, seperti yang diucapkan sahabatnya: “Tidak ada lowongan. Tinggalkan saja surat lamaaran Anda. Jika ada lowongan kami akan menghubungi.” Samîr pun memutuskan untuk menerima pekerjaan lain di luar keahliannya. Yang penting halal dan tidak membuat Allah murka.

Samir mendapatkan pekerjaan sebagai karyawan biasa di sebuah bank. Ia sangat bahagia. Setiap hari ia semakin terampil dan ia mau belajar lebih banyak. Kariernya terus meningkat, begitu pula penghasilannya. Sembari tawakkal kepada Allah, Samîr terus berjuang hingga berhasil menjadi kepala cabang. Di sisi lain, Mun’im sama sekali tidak berusaha mencari pekerjaan. Kehidupannya dikungkung masa lalu dan peristiwa yang menimpanya. Ia hanya bisa mengeluh, “Mereka memecatku sewenang-wenang.” Kondisi jiwanya memburuk dari hari ke hari. Akhirnya, ia stres berat hingga ia merasa tak berguna. Ia berusaha bunuh diri dari sekali. Kehidupannya penuh dengan penderitaan dan beban kejiwaan. Tak ayal, ia kemudian ditangani para dokter di rumah sakit jiwa. Mun’im menderita paranoid termasuk pada orang terdekatnya. Ia menolak perubahan sekecil apa pun. Ia habiskan waktu dengan tidur lama. Ketika bangun, langsung menonton televisi selama berjam-jam agar terhindar dari pikiran tentang perubahan.

Ini contoh kecil tentang kekuatan pikiran dan pengaruhnya. Bagaimana pikiran itu menyebar, meluas, dan membuka data-data lama yang sejenis dengannya. Kemudian pikiran itu membuat Anda berkonsentrasi padanya. Selanjutnya ia memengaruhi perasaan, sikap, dan hasil yang Anda dapatkan. Pikiran itu membuat file baru yang memperkuat dan memperdalam proses pembentukan kepribadian Anda dalam akal bawah sadar.

Pikiranmemiliki kekuatan yang mampu membuat seorang murid semangat. Ia akan giat belajar hingga begadang sampai berhasil menggapai prestasi. Pikiran juga memiliki kekuatan sebaliknya: membuat seorang murid tidak suka pada pelajaran dan guru. Ia tidak punya semangat meraih prestasi hingga mendapat nilai rendah dan tidak naik kelas. Banyak cerita dalam dunia pendidikan dan semua berakar pada pikiran.

Dalam kehidupan rumah tangga, satu pikiran negatif bisa menyebabkan perceraian. Sebaliknya, pikiran positif bisa membuat sepasang suami-istri berbahagia. Pikiran bisa membuat seorang ibu piawai dalam mendidik anak atau membuatnya fokus pada hal-hal negatif hingga sikapnya berlebihan hingga memperburuk keadaan. Semua pekerjaan dan profesi pasti dipengaruhi oleh pikiran para pelakunya. Sebesar apa pun kekayaan dan seluas apa pun relasi seseorang, kebahagiaan dan kesengsaraannya tetap ditentukan oleh pikirannya.

Mungkin kita pernah melihat orang menderita gangguan jiwa karena masa lalu. Ia tidak bisa begerak kecuali dengan menelan obat. Ia selalu meminta dokter memberinya obat dengan dosis yang lebih tinggi karena obat yang ditelan tidak lagi berpengaruh. Ia sering mengeluh bahwa para dokter itu tidak mampu mengobatinya. Karena itu, ia mencari sesuatu atau orang lain yang bisa membantunya. Namun, ia tidak melakukan hal paling penting yang dapat mengeluarkannya dari penderitaan itu: dengan bertanggung jawab pada kehidupannya sendiri, mengubah rutinitasnya, belajar dari pengalaman masa lalu, merencanakan cita-cita, dan mulai berusaha mewujudkannya. Dengan begitu ia pasti merasakan kepuasan batin dan menemukan kembali jati dirinya. Semua itu bisa terjadi, dengan mengubah pikiran negatif menjadi pikiran positif.

Peribahasa Cina mengatakan, “Jika Anda melakukan sesuatu yang sama, Anda akan mendapatkan hasil yang sama.” Aksi melahirkan reaksi sejenis. Filsuf Yunani, Socrates, menyebutnya hukum sebab-akibat. Benih yang Anda semai akan memberikan hasil yang sejenis dengannya. Jika menanam benih apel, Anda akan mendapatkan Apel. Jika menyemai benih anggur, Anda akan mendapatkan anggur. Begitu pula dengan pikiran. Jika Anda menyemai pikiran negatif, hasil yang Anda peroleh adalah hasil yang negatif. Jika Anda tanam benih-benih cinta dan toleransi maka hasil yang Anda dapat sama dengan benih yang Anda tanam.

Pikiran apa pun yang Anda masukkan ke akal akan berubah menjadi perhatian, perasaan, sikap, dan hasil yang serupa. Anda akan terus mendapatkan hasil yang sama selam Anda tidak mengubah akarnya, yaitu pikiran. Plato berkata, “Ubah pikiran Anda, niscaya kehidupan Anda berubah.”[]


Dr. Ibrahim Elfiky (Maestro Motivator Muslim Dunia)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar