“Akal dan tubuh
saling memengaruhi,” kata Herbert Spencer memulai kuliahnya di fakultas
kedokteran Universitas Harvard, Amerika Serikat. Untuk menguatkan
pernyataannya, Herbert Spencer meminta seorang mahasiswa maju ke depan kelas.
Mahasiswa itu diminta menarik napas dalam-dalam dan memejamkan mata. Mahasiswa
tersebut melakukan semua yang diperintahkan.
Dengan
suara lirih Dr. Herbert Spencer berbicara pada mahasiswa itu, “Bayangkan tangan
kiri Anda memegang sebuah jeruk, sedangkan tangan kanan memegang sebilah pisau
tajam, dan di depan Anda terdapat sebuah meja.” Sang mahasiswa menganggukkan
kepala. Kemudian Dr. Herbert Spencer memintanya berkhayal meletakkan jeruk di
atas meja dan memegangnya dengan tangan kiri, sedangkan tangan kanan
membelahnya menjadi dua. Mahasiswa itu kembali menganggukkan kepala.
Dr.
Herbert Spencer memintanya meletakkan pisau di atas meja, kemudian mengambil
separuh jeruk yang sudah dibelah untuk didekatkan ke mulut Anda. Pada saat itu
aroma jeruk mulai tercium. Dr. Herbert Spencer mulai berkata, “Sekarang
dekatkan jeruk itu ke hidung Anda. Hirup dalam-dalam dan rasakan aromanya di
sekujur tubuh. Dekatkan ke mulut, masukkan, dan kunyah dengan gigi Anda.
Rasakan jeruk yang pahit, kecut, dan getir di mulut Anda. Sebagian sarinya
menetes dari mulut Anda dan membasahi bibir bawah. Sebagian sari yang lain
masuk ke dalam tenggorokan hingga membuat Anda mau muntah . . .” Dr. Herbert
Spencer terus memberikan arahan hingga tubuh mahasiswa itu gemetar dengan mimik
wajah yang kaku dan merasa jijik.
Apa
yang terjadi kemudian? Mahasiswa itu benar-benar muntah. Pada saat itu Dr.
Herbert Spencer memintanya membuka mata dan mengambil napas dalam-dalam agar
dapat keluar dari kondisi tersebut. Setelah itu ia menanyakan sang mahasiswa
tentang apa yang terjadi. “Setiap kata yang Anda ucapkan aku pikirkan. Dengan
begitu, aku merasakan sesuatu yang buruk di tubuhku. Apa yang aku pikirkan
seperti benar-benar terjadi,” kata mahasiswa itu menjelaskan. Dr. Herbert
Spencer tak kuasa menahan tawa dan diikuti seluruh mahasiswa yang ada. Setelah
mengucapkan terima kasih kepada mahasiswa itu , Dr. Herbert Spencer memandang
seluruh muridnya dan mengulang kalimat yang diucapkan di awal kuliah: “Akal dan
tubuh saling memengaruhi.”
Apa
yang anda pikirkan dan katakan pada diri Anda diambil oleh otak. Selanjutnya ia
membuka data-data yang sesuai dengan apa yang Anda pikirkan. Ketika itulah
pikiran Anda memengaruhi gerakan tubuh dan ekspresi wajah. Jadi, seseorang bisa
merasakan bahwa tubuhnya dipengaruhi oleh pikiran.
Konon,
pada perang dunia II, Hitler hendak menghukum tiga prajurit karena tidak
melaksanakan perintahnya. Untuk itu Hitler meminta para ahli agar memberi
mereka hukuman psikis yang tidak akan terlupakan. Setiap orang dikurung di
kamar yang sangat sempit. Tidak jauh dari tempat itu air dibiarkan menetes dan
menimbulkan suara gemericik. Setiap orang itu diberi tahu bahwa di dalam
ruangan mereka menghirup gas beracun. Mereka juga diberi tahu bahwa kesempatan
hidup merekatidak lebih dari enam jam. Selanjutnya pintu ruangan ditutup.
Mereka dibiarkan dalam keadaan seperti itu. Tiga jam kemudian, tiga pintu
dibuka. Sunggung mengejutkan: dua dari tiga orang prajurit itu benar-benar
tewas, satu lagi sangat kritis berjuang melawan kematian.
Para
peneliti menyebutkan bahwa ketika menerima informasi, ketiga prajurit itu
meyakini sedang menghirup gas beracun. Semua prajurit konsentrasi pada
informasi itu. Maka, otak pun mengirim data-data yang berhubungan dengan
informasi tersebut ke tubuh mereka. Akibatnya, degup jantung semakin kencang.
Saluran napas semakin sesak. Tekanan daran naik. Dan, keringat dingin membasahi
kening. Tidak lama kemudian tubuh mereka terguncang karena sesuatu yang terus
dipikirkan, yaitu kematian. Pikiran itu dikirim ke seluruh tubuh hingga
menimbulkan kekejangan, baik pada organ tubuh bagian dalam atau bagian luar.
Ketika informasi itu dikirim balik ke otak, pikiran semakin menguat. Begitulah
seterusnya hingga tiga prajurit itu meregang nyawa. Meskipun dinilai jahat dan
banyak ditentang, kesimpulan dari semua ini adalah “akal dan tubuh saling
mempengaruhi.”
Di
rumah sakit pusat San Fransisco, Amerika Serikat, pasien diterapi dengan tawa
dan kabar positif. Hasilnya, terapi seperti ini meningkatkan kesembuhan sampai
35%. Ketika yang sakit berpikir positif, tersenyum, optimis, dan tertawa, kadar
endorfin dalam tubuhnya meningkat. Endorfin membantunya untuk sembuh. Di sini
juga terdapat bukti kuat bahwa pikiran dan tubuh saling mempengaruhi.
Mari
kita coba sesuatu yang biasa. Pikirkan seseorang yang Anda cintai dan sudah
sekian lama Anda tak berjumpa dengannya. Bayangkan ia kini berada di hadapan
Anda. Coba perhatikan raut wajah dan gerakan tubuh Anda. Setelah itu, coba
pikirkan orang yang Anda benci. Bayangkan ia berada di hadapan Anda. Lihatlah
ekspresi wajah dan gerakan tubuh Anda. Adakah Anda melihat perbedaan di antara
keduanya?
Mari kita coba
sesuatu yang lain
Bayangkan Anda sedang
menonton film misteri pukul dua malam. Saraf Anda pasti tegang mendengar suara
televisi. Apa yang sedang terjadi pada pikiran, ekspresi wajah, dan gerakan
tubuh Anda? Saya yakin Anda bisa membedakan. Bila Anda membayangkan sedang
menghadiri kuliah, kemudian sang dosen mengambil palu dan memukulkannya ke
papan tulis berkali-kali, pasti tubuhmu akan bergidik.
Ini
bukti bahwa apa yang Anda pikirkan menjadi pusat perhatian akal Anda, kemudian
membuka memori di file khusus hingga memengaruhi tubuh saat itu juga. Jika
memikirkan sesuatu yang menakutkan, Anda akan merasakan hal itu di tubuh Anda.
Jika memikirkan sesuatu yang membuat putus asa, Anda akan merasakan hal itu di
tubuh. Jika memikirkan sesuatu yang membahagiakan, Anda akan merasakan hal itu
di tubuh.
Di
sisi lain, kondisi tubuh Anda juga memengaruhi akal: membuatnya membuka file
yang sejenis dengan kondisi tubuh. Jika tubuh dalam kondisi kuat dan tangguh,
akal akan menerima kondisi itu lalu membuka file kekuatan dan ketangguhan.
Akal
memiliki kemampuan mengobati tubuh dan membantunya bebas dari penyakit. Karena
itu , mulai hari ini, putuskanlah apa yang akan Anda pikirkan. Sebab, pikiran
Anda akan berpengaruh pada tubuh, potensi, dan semangat Anda. Selain itu,
perhatikan kondisi tubuh Anda karena ia akan berpengaruh pada pikiran Anda,
baik negatif maupun positif.[]
Dr. Ibrahim Elfiky (Maestro Motivator Muslim Dunia)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar