Welcome to The Family

Selasa, 07 Februari 2012

Pikiran Memiliki Proses yang Kuat

Berpikir itu sederhana dan hanya butuh waktu sekejap. Namun, ia  memiliki proses yang kuat dari tujuh sumber yang berbeda. Tujuh sumber itu memberi kekuatan luar biasa pada proses berpikir dan menjadi referensi bagi akal yang digunakan setiap orang, entah disadari atau tidak.

1. Orangtua
Proses berpikir yang pertama kita dapatkan dari orangtua. Ratu Elizabeth II berkata, “Aku belajar seperti proses belajarnya kera, yaitu dengan menyaksikan orangtua dan meniru mereka.” Dari orangtua kita belajar tentang kata-kata, ekspresi wajah, gerakan tubuh, perilaku, norma, keyakinan agama, prinsip, dan nilai-nilai luhur. Itulah proses berpikir yang pertama di dunia ini. Semua itu kita terima dari orangtua—orang paling penting dalam membentuk proses berpikir. Proses ini kemudian mengakar dalam diri lalu menjadi referensi utama dalam berinteraksi dengan diri sendiri atau dengan dunia luar.

2. Keluarga
Setelah orangtua, kita melihat dunia lain, yaitu keluarga: saudara laki-laki, saudara perempuan, kakek, nenek, paman, bibi, dan anak-anak mereka. Dari mereka akal menangkap informasi baru dan menggabungkannya dengan informasi yang telah ada. Dengan demikian, proses pembentukan pikiran semakin kuat.

3. Masyarakat
Masyrakat adalah orang-orang yang berinteraksi dengan kita: tetangga, tukang sayur, sopir taksi, dan semua orang yang tinggal di lingkungan kita. Akal terus mengikat informasi yang didapat dari luar dan disatukan dengan informasi yang sudah tersimpan di alam bawah sadar. Dengan begitu, proses pembentukan pikiran semakin kuat.

4. Sekolah
Yang dimaksud dengan lingkungan sekolah adalah ucapan, perilaku, dan sikap para guru atau pengelola sekolah. Karena sekolah memiliki pengaruh yang cukup besar dalam proses pembelajaran maka kita akan dengan mudah meniru apa yang ada di sekolah, baik yang positif maupun negatif. Semua itu memperkaya proses pembentukan pola pikir yang sudah ada sehingga menjadi semakin kuat di alam bawah sadar.

5. Teman
Teman itu paling penting setelah orangtua. Berteman merupakan aktualisasi diri pertama dalam kehidupan karena kita sendiri yang menentukan pilihan, tanpa pengaruh orangtua. Selain itu, teman adalah bukti kebebasan dan bukti penerimaan masyarakat. Sangat mungkin kita belajar perilaku negatif dari teman, seperti merokok, mengonsumsi narkoba, alkohol, dan bolos sekolah. Semua itu ikut mempengaruhi proses pembentukan pikiran kita. Data yang tersimpan di ruang memori kita pun kian banyak.


6. Media massa
Sebagian besar remaja menonton televisi cukup lama hingga lima puluh jam dalam seminggu. Mereka akan terpengaruh oleh apa yang ditonton, positif atau negatif. Jika mereka melihat artis atau penyanyi idola mereka merokok, besar kemungkinan mereka ikut merokok.
Dalam salah satu program televisi yang bertajuk Ada Solusi Spiritual bagi Setiap Masalah, Dr. Wayne Dyer berkata bahwa sebelum menginjak usia dua belas tahun anak-anak sudah menonton sekitar 12.000 tindak pembunuhan yang ditayangkan dalam film-film layar kaca. Hal ini menyebabkan satu dari dua belas anak di bawah usia dua belas tahun sudah memiliki senjata api.
Sebuah pusat kajian psikologi dan fisiologi di New Zealand memaparkan bahwa lebih dari 60% kondisi menyedihkan disebabkan oleh media massa yang menyebarkan hal-hal negatif, peperangan, seksualitas, dan pelanggaran tata nilai. Sekarang pun siaran televisi banyak menayangkan informasi negatif dan nyanyian cabul yang tidak mendukung nilai luhur yang dijunjung tinggi. Hal-hal semacam ini belakangan tersebar semakin luas dalam kehidupan kita hingga sangat memengaruhi perilaku anak muda. Pengaruh berbahaya ini ikut memperkaya proses pembentukan pikiran setiap orang sehingga menjadi semakin kuat dan mendalam dibandingkan sebelumnya.

7. Sumber ketujuh dari proses pembentukan pikiran adalah diri sendiri
Sekian sumber eksternal turut memperkuat terbentuknya pikiran. Pikiran itu kemudian membentuk keyakinan dan prinsip yang kuat. Selanjutnya kita bisa menambahkan sikap baru yang positif atau negatif. Akal menggabungkan sikap baru itu dengan data-data sebelumnya sehingga proses pembentukan pikiran semakin kuat dan mendalam. Dengan demikian kita mampu beradaptasi dalam menghadapi dunia luar. Kemampuan inilah yang menentukan kita sukses atau gagal dan bahagia atau sengsara.
Meski tampak sederhana dan lemah, pikiran itu lebih dalam dan lebih kuat daripada yang Anda bayangkan. Berpikir melahirkan pengetahuan, pemahaman, nilai, keyakinan, dan prinsip. Pikiran menjadi titik tolak bagi tujuan dan mimpi-mimpi. Ia menjadi referensi rasional dalam eksperimentasi, perjalanan hidup, pemaknaan, serta cara memahami kebahagiaan dan kesengsaraan. Pikiran bisa jadi penyebab penyakit kejiwaan dan fisik. Pikiran bahagia membuat kita bahagia dan pikiran sengsara membuat kita sengsara. Pikiran takut membuat kita takut dan pikiran berani membuat kita berani. Socrates berkata, “Dengan pikiran, seseorang bisa menjadikan dunianya berbunga-bunga atau berduri-duri”.
Berpikir tidak memiliki batas—lintas waktu, jarak, dan ruang. Pikiran memiliki kekuatan yang bisa muncul pada pagi, siang, dan sore dalam kondisi apapun. Pikiran adalah sumber pendorong perilaku, sikap, dan hasil yang kita dapatkan. Pikiran dapat menjadikan Anda sebagai seorang berjiwa sehat atau sakit. Pikiran dapat membuat Anda mampu membangun tata kehidupan yang sehat atau sebaliknya. Pikiran dapat menjadikan Anda sebagai orangtua teladan atau sebaliknya. Pikiran dapat menjadikan Anda sebagai karyawan atau pimpinan yang berprestasi atau sebaliknya. Semua itu bergantung pada bagaimana Anda merencanakan tujuan dan merealisasikannya. Plato mengatakan, “Sumber setiap perilaku adalah pikiran. Dengan pikiran kita bisa maju atau mundur. Dengan pikiran kita bisa bahagia atau sengsara.”
Kenyataannya, Anda, saya, dan seluruh manusia di muka bumi ini menjadi seperti sekarang karena pikiran kemarin. Esok atau lusa kita akan mencapai sesuatu yang kita pikirkan hari ini. Salah seorang guru saya berkata, “Jika Anda ingin sukses pelajarilah kesuksesan itu dan berpikirlah seperti orang-orang sukses. Jika Anda ingin bahagia, pelajarilah kebahagiaan dan berpikirlah seperti orang-orang bahagia. Ingat, pikiran adalah hasil pilihanmu sendiri. Sebelum Anda memilih pikiran tertentu maka pertimbangkanlah baik-baik. Jika pikiran tertentu memiliki dampak positif, mantapkanlah hingga ia  menjadi pengontrol perbuatan Anda secara kosisten.”
Berkat perjalanan saya ke beberapa negara dan pelatihan yang saya berikan kepada lebih dari 200.000 orang setiap tahun, saya semakin yakin bahwa hasil yang didapat oleh seseorang ditentukan oleh pikiran-pikiran yang berulang-ulang dan dihubungkan dengan persepsinya hingga menjadi keyakinan dan kebiasaan yang dilakukan secara spontan. Pikiran itu menentukan sukses atau gagal dan bahagia atau sengsara.
Di dunia olahraga, seorang petenis terkenal, AndreAgassi, akhirnya berhasil ditumbangkan oleh pemain baru yang belum punya banyak pengalaman. Para ahli menasehatinya supaya mundur karena usianya sudah lebih dari tiga puluh. Menurut mereka, ia tidak akan mampu mengalahkan pendatang baru yang masih muda, penuh semangat, energik, dan dinamis. Salah seorang rekan Andre Agassi berpesan, “Supaya Anda tetap bisa mempertahankan reputasi di benak para penggemar, Anda harus gantung raket.” Andre merasa berat menerima nasehat ini walaupun benar secara logis. Dari dalam hatinya ia mendengar bisiskan ucapan, “Jangan dengarkan nasihat mereka. Mereka memberikan nasihat berdasarkan cara pandang mereka. Coba sekali lagi, tapi ubahlah cara dan pola pikir Anda.” Andre Agassi benar-benar mencoba lagi dengan cara yang baru. Ia pergi menyendiri agar bisa berpikir dengan tenang dan merencanakan masa depannya. Sebulan kemudian Andre Agassi memutuskan untuk selalu ikut dalam kejuaraan Internasional sampai akhir hayatnya. Untuk itu ia menunjuk seorang psikolog dan ahli pengembangan diri. Semua orang jadi tahu sebab kekalahan yang berkali-kali diterima Andre Agassi, yaitu pikiran dan keyakinannya.
Ternyata semua pikiran Andre Agassi bersifat negatif: usia uzur, kelemahan fisik, dan pesimisme. Kepercayaannya pun negatif dan memengaruhi persepsinya. Ketika mulai pertandingan ia yakin bahwa ia tidak akan menang. Maka, hasilnya seperti yang ia pikirkan dan ia yakini.
Andre Agassi mulai berlatih. Ia memulai perbaikan itu dari dalam dirinya dengan cara visualisasi positif. Berjam-jam ia berlatih hingga keyakinannya berubah menjadi optimis. Artinya, pikiran Andre Agassi sudah positif. Dengan digembleng latihan psikis, fisik, dan teknik, Andre Agassi kembali meraih posisi sepuluh besar kelas dunia. Banyak orang angkat topi dan memperbincangkan Andre Agassi kerena ia mampu menaklukkan segala rintangan, baik dari dalam maupun dari luar dirinya.[]

1 komentar: