Welcome to The Family

Jumat, 22 Maret 2013

Pengaruh Pikiran_Hukum Akumulasi










Sampai saat ini masih terus membahas tentang pikiran, kekuatannya, dan cara pikiran menyebabkan semua hasil yang didapat seseorang. Segala sesuatu bermula dari akal pikiran. Hukum akumulasi merupakan salah satu hukum yang memberi kekuatan pada file-file persepsi dan membuatnya tersimpan kuat di dalam akal bawah sadar. Kita sering mendengar berita kriminalitas karena perbuatan yang dilakukan berkali-kali. Contoh: seorang perempuan berusia empat puluh mencampur obat penenang dalam kopi suaminya, kemudian perempuan itu membunuhnya, memutilasi, memasukkannya ke dalam kantong besar dan dilemparkan ke kandang anjing. Ketika perempuan tersebut ditangkap, ia mengakui perbuatannya. Kepada penyidik ia mengatakan bahwa sang suami memukul, menghina, dan memperlakukannya dengan kasar selama dua puluh tahun lebih. Ia menambahkan, “Andai aku dikembalikan ke masa lalu, aku akan melakukan hal serupa sekali lagi.”

    Kita juga mendengar cerita tentang mahasiswa yang berhenti kuliah karena berkali-kali mendapatkan nilai jelek. Nilai jelek yang berkali-kali ia dapatkan membuatnya yakin bahwa ia tidak akan lulus. Karena itu, ia memilih bekerja daripada meneruskan kuliah.

    Saya punya seorang teman yang bekerja sebagai asisten direktur utama di hotel bintang lima di Montreal. Dari segala sisi ia terbilang baik. Suatu hari pihak manajemen mengangkatnya sebagai direktur utama di hotel lain yang masih satu payung perusahaan. Teman saya ini menerima tawaran menggiurkan itu. Seperti biasa, ia bekerja keras, tapi pendapatan hotel yang dipimpinnya terus merosot. Setahun kemudian ia diberhentikan dari pekerjaannya yang baru. Peristiwa tersebut memukul jiwanya. Setahun penuh ia menderita sampai mendapatkan pekerjaan sebagai direktur utama di hotel lain. Tetapi, pengalaman yang sama terjadi lagi. Ia terpaksa diberhentikan karena pendapatan hotel merosot. Dan, untuk kedua kalinya teman saya ini berkalang duka. Dari waktu ke waktu ia mengonsumsi obat penenang. Ia putuskan untuk terus mencari pekerjaan lain. Akhirnya ia kembali mendapat pekerjaan sebagai direktur utama di sebuah perusahaan yang jarak tempuhnya empat jam dari rumah. Ia pun memutuskan pindah rumah. Sayangnya, sembilan bulan kemudian, pemilik hotel mengambil keputusan menjual perusahaan itu. Pihak manajemen yang baru pun memutuskan mengurangi karyawan. Pengalaman kehilangan pekerjaan kembali menimpa teman saya untuk untuk ketiga kalinya. Kali ini dampaknya lebih tragis. Selain membuatnya sangat murung, ia menderita serangan jantung yang hampir membuatnya meninggal dunia. Setelah keluar dari rumah sakit, ia memutuskan untuk tidak bekerja di perhotelan lagi. Ia mau bekerja di bidang apa pun, asal tidak berhubungan dengan hotel. Sayangnya sampai saat ini ia tidak bekerja. Bahkan, ia tidak mau mendengarkan penawaran apa pun dalam bidang perhotelan yang ia sebut sebagai bidang “perusak pikiran”.

    Seorang perempuan berusia 24 tahun menulis surat kepada saya tentang kehidupan rumah tangga. Dalam surat itu ia mengatakan belum menikah dan takut menikah lantaran mahligai rumah tangga teman-temannya berakhir dengan perceraian. Setiap kali bertemu seorang perempuan, ia mengeluhkan pernikahan. Karena pengulangan ini, keyakinan dalam dirinya pun semakin menumpuk bahwa pernikahan itu sesuatu yang sangat berbahaya dan harus dihindari. Itulah yang ia lakukan terhadap setiap orang yang datang untuk mempersuntingnya. Dalam surat itu ia berkata, “Sekarang seorang laki-laki datang melamarku. Kelihatannya ia baik dari segala sisi. Tetapi aku tetap takut akan apa yang menimpa teman-temanku pu terjadi padaku. Apa yang harus aku perbuat?”

    Suatu hari seseorang yang berusia lima puluh tahun meminta saya membantunya agar bisa berhenti merokok. Saya bertanya, “Sejak kapan Anda merokok?” Ia menjawab, “sudah lebih dari 35 tahun.” Yaitu sejak usianya masih lima belas tahun.

    Saya bertanya lagi, “Berapa batang rokok Anda habiskan dalam satu hari?” Ia menjawab, “Setiap hari tidak kurang dari empat puluh batang.” Saya bertanya lagi, “Pernahkah Anda berusaha berhenti merokok?” Ia menjawab, “Ya. Lebih dari sekali. Tetapi aku tidak pernah berhenti merokok. Sebab, setelah bangun tidur aku langsung merokok tidak kurang dari tiga batang. Di dalam mobil aku merokok. Di tempat kerja aku merokok. Dalam rapat dan pertemuan aku merokok. Bahkan, ketika aku senang, sedih, marah, setelah makan, dan sebelum tidur aku juga merokok. Semua itu aku letakkan di banyak tempat.” Lebih lanjut ia bicara, “Karena aku menderita stroke yang menyebabkan bagian kanan tubuhku lumpuh, aku ingin membebaskan diri dari kebiasaan buruk yang telah menguasai hidupku ini.”

    Ini contoh lain dari hukum akumulasi yang bekerja aktif, kuat, dan berhasil. Jika kita memahami kekuatan hukum akumulasi bekerja maka kekuatan ini bisa dimanfaatkan untuk kemaslahatan. Seseorang tidak mungkin bisa mempelajari dan menguasai sesuatu kecuali jika ia mengulanginya lebih dari sekali. Karena pengulangan, keterampilan dalam file pikiran terakumulasi. Itulah yang membantu seseorang untuk berkembang dan maju.

    Dengan hukum akumulasi, Anda bisa belajar dan menguasai bahasa baru. Dengan hukum akumulasi pula Anda bisa mempelajari dan menguasai pekerjaan baru. Jadi, kemungkinan itu tidak terbatas.

    Dalam aspek spiritual, Anda bisa bangun pagi untuk shalat subuh dalam kondisi yang segar melalui kekuatan pikiran dan hukum akumulasi. Anda bisa memperbaiki perilaku dan akhlak melalui penyesuaian pikiran dengan kebaikan yang Anda inginkan. Lakukan hal itu berkali-kali agar terjadi akumulasi hingga membentuk kebiasaan baru.

    Dalam aspek kesehatan, Anda bisa melakukan olahraga dengan memprogram pikiran Anda agar sesuai dengan keinginan Anda untuk sehat. Lakukan proses pikiran itu berkali-kali dengan dorongan kuat hingga menjadi bagian dari hidup Anda. Begitu halnya dengan kehidupan keluarga, sosial, karier, dan materi. Hukum akumulasi dimulai dari pikiran, kemudian pengulangan yang Anda lakukan. Itulah tambahan yang Anda kumpulkan pada file-file di akal setiap kali Anda berpikir hal yang sama. Karena itu, berhati-hatilah dalam berpikir. Gunakan hukum akumulasi untuk hal-hal positif bagi kehidupan Anda dan kehidupan orang lain. Jadikan hidup Anda sebagai rangkaian pengalaman menyenangkan dan untaian keberhasilan sepanjang zaman yang selalu mendekatkan diri Anda pada Allah.[]



Dr. Ibrahim Elfiky (Maestro Motivator Muslim Dunia)


Baca juga :  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar