Welcome to The Family

Senin, 13 Mei 2013

Pikiran Mata Rantai Persepsi_2








Setelah saya menyampaikan materi tentang kekuatan pikiran positif di salah satu perguruan tinggi, seorang mahasiswa angkat bicara, “Doktor Ibrahim, semua yang Anda katakan sungguh mengagumkan, tapi tidak sesuai dengan kenyataan yang ada.” Saya bertanya padanya, “Apakah kenyataan itu?” Ia menjawab, “Kenyataannya, kami belajar dengan sungguh-sungguh untuk mendapatkan ijazah yang akan membantu kami mendapatkan pekerjaan. Tetapi, kenyataannya, setelah menyelesaikan kuliah, kami tidak mendapatkan pekerjaan.”

    Saya bertanya lagi, “Adakah di antara alumni tahun kemarin yang mendapatkan pekerjaan?” Ia menjawab, “Ya, ada. Tetapi tidak lebih dari 30%.” Saya katakan, “Berarti ada yang benar-benar mendapatkan pekerjaan?” Ketika mahasiswa tersebut berkata, “Ya, tapi ...” Saya langsung menyelanya, “Mengapa Anda lebih memerhatikan yang tidak mendapatkan pekerjaan Mengapa Anda tidak mengarahkan perhatian pada mereka yang mendapatkan pekerjaan?” Sebelum ia sempat menjawab, saya terus bicara, “Luangkan waktu untuk serius mencari pekerjaan. Jangan pernah meninggalkan pintu sampai Anda mengetuknya berkali-kali. Lakukan hal itu dengan teratur dan tawakal pada Allah. Percayalah bahwa Allah tidak pernah menyia-nyiakan pahala bagi orang yang berbuat kebaikan. Contoh untuk hal ini teramat banyak.”

    Pembicaraan di antara kami berakhir sampai di situ. Setelah keluar dari kampus, mahasiswa itu mengadang saya. Ia berkata, “Doktor Ibrahim, meskipun belum merasa puas, aku akan berusaha melaksanakan semua yang Anda katakan. Hasilnya nanti aku sampaikan kepada Anda lewat surat.” Saya katakan padanya, “Dengan syarat, kerahkan semua kekuatan Anda dan jangan cepat putus asa. Sabar dan teruslah berusaha.”

    Hari terus berganti. Enam bulan kemudian saya menerima surat dari seseorang. Surat tersebut berisi: Dr. Ibrahim, aku telah melaksanakan semua yang Anda ucapkan. Setiap hari aku memprogram akalku dengan pikiran positif. Seluruh perhatian aku pusatkan pada upaya menggapai impian. Dan aku lebih mendekatkan diri pada Allah. Ternyata, belum satu bulan berusaha, aku mendapatkan pekerjaan di empat tempat. Aku benar-benar tidak percaya.” Selanjutnya, ia menyudahi suratnya dengan berkata, “Apa yang Anda ucapkan benar terjadi.”

    Mari kita bahas kandungan kisah ini. Mahasiswa ini hidup dalam kenyataan yang dibangun berdasarkan apa yang ada di hadapannya. Ia menjalin harmoni dengan kenyataan itu hingga menjadi keyakinan. Hal ini memengaruhi kondisi jiwanya. Yang saya lakukan padanya hanya memperluas cakrawala pandangannya. Saya berikan pandangan alternatif selain kenyataan yang jadi pusat perhatiannya, yaitu banyak orang yang mendapatkan pekerjaan. Setelah itu, saya biarkan kenyataan itu membuatnya bingung. Akan lebih baik baginya jika ia mengambil tindakan dan bertawakal pada Allah agar mendapat pekerjaan yang diinginkan, kenyataan berubah. Ia menjalin harmoni dengan kenyataan yang baru. Apa buktinya? Ia memberi motivasi pada orang lain agar terus berusaha hingga berhasil menggapai cita-cita.

    Dalam contoh ini kita melihat mahasiswa tersebut hidup dalam kenyataan pikirannya. Selama itu ia menjalin harmoni dengannya. Ketika ia mengubah pikirannya, berubah pula kenyataannya. Maka, ia menjalin harmoni dengan kenyataan yang baru. Kenyataan ini lebih baik baginya dibanding pikiran negatif yang dalam kurun waktu tertentu dipercaya sebagai kenyataan. Padahal, keyakinan itu hanya pikiran negatif dan pemahaman tentang satu makna yang digunakan sebagai alasan oleh sebagian orang agar tidak harus berusaha keras. Mereka adalah orang-orang yang enggan menggeser posisinya dari “zona nyaman” yang bisa mereka tempati. Ketika seseorang tahu bahwa kemampuannya tidak terbatas, kemudian ia mengaktualisasikannya dalam tindakan nyata, ia lantas berdecak kagum meraih hasil yang selama ini diharapkan. Ketika akal seseorang dijejali pikiran baru, ia tidak dapat kembali seperti sedia kala.


Dr. Ibrahim Elfiky (Maestro Motivator Muslim Dunia)


Baca juga :  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar