Welcome to The Family

Selasa, 26 Februari 2013

Pikiran Melahirkan Kebiasaan

Sebuah lembaga penelitian di Toronto, Kanada, melakukan riset tentang kebiasaan. Uji coba dilakukan terhadap dua ekor belalang peloncat (grasshopper—ing.). Disebut peloncat karena untuk pindah dari satu tempat ke tempat yang lain ia tidak berjalan, tapi meloncat. Loncatannya kadangkala mencapai satu meter. Mereka letakkan belalang ini di dalam tabung kaca yang separuhnya berisi air. Setelah itu tabung ditutup rapat dengan tembaga. Agar tidak mati tenggelam, tentu belalang ingin keluar dari tabung. Untuk itu ia meloncat. Namun, setiap kali berusaha, ia membentur tutup tembaga. Dan begitu seterusnya.
 
Lambat laun ia tidak berusaha sama sekali. Karena jika ia memaksakan diri, ia akan selalu membentur tutup tembaga itu. Pada saat itulah para peneliti membuka tutup tembaga tersebut dan membiarkan tabung terbuka. Apa yang terjadi? Belalang itu tidak berusaha membebaskan diri sama sekali. Sebab, ia sudah terbiasa tidak berusaha karena program yang telah ada dalam dirinya. Ia terus diam di air hingga tenggelam dan mati. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seekor belalang yang aktif meloncat tinggi dari satu tempat ke tempat lain ternyata putus harapan setelah mencoba beberapa kali. Ia telah diprogram oleh kebiasaan baru yang membuatnya tidak berusaha melompat lagi meskipun untuk menyelamatkan diri. Mengapa demikian? Karena peristiwa yang sudah berkali-kali dilakukan, akumulasi pengalaman, dan hasil yang dialami menyebabkan kebiasaan tidak berusaha meloncat meskipun tutup tabung sudah dibuka.

Pada akhir riset, para peneliti menambahkan bahwa kebiasaan manusia terbentuk dengan cara yang sama, yaitut pengulangan perilaku, kemudian diikat oleh perasaan. Maka, terbentuklah file khusus yang berkaitan dengan kebiasaan itu. Setiap kali perilaku itu diulang maka kuatlah rekaman yang tersimpan di akal bawah sadar. Jika pada kesempatan lain ia menghadapi kondisi yang sama maka ia akan bersikap sama.

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa cara hidup sebagian orang diprogram oleh dunia di luar dirinya. Dari waktu ke waktu ia hanya mengeluhkan apa yang terjadi padanya, tapi tidak melakukan apa pun untuk membuat perubahan positif. Hidupnya monoton dan keluh kesah menjadi kebiasaan.

Contohnya adalah kebiasaan merokok yang tersebar luas di dunia. Setiap perokok tahu betul bahwa kebiasaan ini negatif dan berbahaya. Mereka juga tahu bahwa lembaga kesehatan di seluruh dunia mengingatkan bahwa merokok dapat menyebabkan segala macam kanker, pembekuan, hilang ingatan, gagal ginjal, dan lemah syahwat. Lebih dari itu, semua tahu bahwa hukum merokok itu haram karena berdampak negatif terhadap kesehatan, mental, seksualitas, dan keuangan. Selain itu, merokok juga berdampak tidak baik bagi orang lain bahkan bisa menimbulkan berbagai penyakit. Anehnya, banyak orang tetap merokok! Mengapa demikian? Karena sudah menjadi kebiasaan yang tersimpan kuat di dalam akal bawah sadarnya yang dihubungkan dengan kebahagiaan, ketenangan, dan cara menghindar dari problem tertentu. Banyak orang berusaha lari dari kebiasaan buruk ini. Untuk beberapa lama mereka berhasil tidak menjamah rokok. Namun, ketika menghadapi persoalan hidup, ia kembali merokok. Karena, merokok sudah biasa dijadikan sebagai cara melarikan diri dari masalah yang dihadapi untuk mendapatkan ketenangan.

Hal serupa juga sering terjadi pada seorang pecandu narkoba atau minuman keras. Mula-mula ia mengonsumsi narkoba atau minuman keras hanya sesekali. Kemudian ia lakukan berkali-kali hingga menjadi bagian hidupnya. Pada akhirnya kegiatan ini menjadi kebiasaannya. Ketika berusaha menjauhinya, ia mendapat penolakan batin dari pikiran dan program yang ia buat sendiri.

Jutaan orang berusaha mengurangi berat badan yang dipenuhi lemak yang menurut penelitian medis menyebabkan banyak penyakit, terutama penyakit jantung. Mereka ikut program diet. Namun, tidak lama kemudian mereka kembali pada kebiasaan lama mereka.

Kita bisa membandingkan setiap kebiasaan yang diprogram manusia sehingga menjadi kuat dan tidak bisa diubah. Hal ini membuat kita berpikir tentang apa sebenarnya yang dimaksud dengan kebiasaan? Bagaimana kebiasaan menguat hingga orang merasa sulit mengubahnya?

Kebiasaan adalah pikiran yang diciptakan seseorang dalam benaknya, kemudian dihubungkan dengan perasaan dan diulang-ulang hingga akal meyakininya sebagai bagian dari perilakunya.

Kebiasaan terbentuk melalui enam tahapan:

 
Berpikir
Pada tahapan ini seseorang memikirkan sesuatu, memberi perhatian, dan berkonsentrasi padanya. Sesuatu itu bisa ada dalam pikiran karena memiliki nilai lebih atau dianggap penting.

Perekaman
Ketika seseorang memikirkan sesuatu, otaknya merekam. Otaknya kemudian membuka file yang sejenis dengan pikiran itu dan menghubungkan denga pikiran-pikiran lain, yang sejenis atau yang dinilai bermanfaat baginya. Perekaman adalah tahapan yang sederhana di mana seseorang bisa menjauhinya dan menutup file, jika menghendaki.

Pengulangan
Dalam tahapan ini seseorang memutuskan untuk mengulang perilaku yang sama dengan perasaan yang sama. Maka, ia merokok berkali-kali, menenggak minuma keras, menonton televisi sekia lama, makan meski tidak lapar, atau melakukan kegiatan lain, baik positif atau yang negatif.

Penyimpanan
Karena perekaman dilakukan berkali-kali, pikiran menjadi semakin kuat. Akal menyimpannya dalam file dan menghadirkan ke hadapan Anda setiap kali Anda menghadapi kondisi serupa. Melepaskan diri dari perilaku semacam itu akan semakin sulit karena pikiran itu sudah tersimpan di dalam file akal bawah sadarnya.

Pengulangan
Dalam tahapan ini, disadari atau tidak, seseorang mengulang kembali perilaku yang tersimpan kuat di dalam akal bawah sadarnya. Ia dapat merasakan bahwa dirinya telah mengulangi perilaku itu atau terjadi begitu saja di luar kemauannya. Setiap kali memori yang tersimpan di akal bawah sadar itu diulang, ia semakin kuat dan mendalam.

Kebiasaan
Karena karena pengulangan yang berkelanjutan dan tahapan-tahapan di atas yang dilalui, akal manusia meyakini bahwa kebiasaan ini merupakan bagian terpenting dari perilaku seseorang. Maka, ia memperlakukannya seperti bernapas, makan, minum, atau kebiasaan lain yang mengakar kuat. Jika sudah begitu, orang tidak dapat mengubahnya dengan hanya berpikir untuk mengubah, kemauan keras, atau dengan sesuatu yang berasal dari dunia luar semata. Ia harus mengubah makna yang terbentuk dalam pikiran dasar, kemudian membentuk program baru untuk dirinya dan mengulang-ulang program itu. Dengan demikian, ia akan melalui tahapan-tahapan seperti yang sudah dilalui dalam membentuk kebiasaan negatif, kemudian ia ganti dengan kebiasaan positif.

Sebagai contoh: ketika seseorang ingin berhenti merokok, pertama kali ia harus tahu alasan ia merokok. Kapan keinginan merokok itu timbul dalam dirinya? Di mana saja ia ingin merokok? Siapa saja orang-orang yang mengingatkannya pada rokok? Dan lain-lain. Setelah itu ia harus memosisikan kebiasaan merokok secara objektif, bahwa merokok adalah kebiasaan paling buruk yang diciptakan manusia untuk menghancurkan diri sendiri. Hubungkanlah rokok dengan penyakit atau dampak buruk lainnya yang disebabkan oleh rokok. Kemudian ia harus menyadari bahwa ia akan berada dalam posisi paling sulit, tetapi tidak merokok. Ia akan terus memprogram dirinya tanpa melakukan perlawanan terhadap hasrat untuk merokok. Jika merasa ingin merokok, ia merokok tapi dengan penuh kesadaran hingga ia tahu persis akibat dari ketetapannya itu. Ketika memutuskan untuk tetap merokok, maka rasakanlah asap rokok mulai masuk ke mulut, rongga leher, dada, lalu menyebar dan menyebabkan berbagai penyakit. Selain itu, pikirkanlah pula bahwa hukum merokok itu haram karena menyebabkan kerusakan pada jiwa dan raga. Dengan cara-cara seperti ini orang menghubungkan dampak buruk dengan pikiran utama. Selanjutnya terjadilah perekaman. Ulangi sekali lagi maka terjadilah penyimpanan. Ulangi lagi hingga menjadi kebiasaan yang baru. Dengan demikian kebiasaan yang lama tidak sendirian. Jika kebiasaan lama datang maka kebiasaan baru mengimbanginya dan tidak melawannya agar kebiasaan lama tidak semakin kuat. Pelakukan dengan cara-cara yang sama supaya kebiasaan baru menjadi semakin kuat dan menggantikan kebiasaan lama.

Begitulah cara menghadapi kebiasaan negatif yang lain seperti makan berlebihan, nonton acara televisi yang tidak penting, fanatisme, dan kehilangan semangat untuk sesuatu yang positif. Pikiran memang tampak sederhana, tapi ia dapat menciptakan kebiasaan yang serupa dengan pikiran itu.

Mari kita lanjutkan perjalanan mengarungi makna kekuatan pikiran positif dan perbuatan strategis. Bersama-sama kita menyingkap kekuatan pikiran dan pengaruhnya terhadap sistem kerja akal bawah sadar yang berpihak pada Anda atau menentang Anda.[]


Dr. Ibrahim Elfiky (Maestro Motivator Muslim Dunia)



Baca juga :  
Pikiran Memengaruhi Kondisi Kesehatan 
Pikiran Melampaui Batas Waktu 
Pikiran Tidak Mengenal Jarak
Pikiran Tidak Mengenal Waktu  
Pikiran Menambah atau Mengurangi Energi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar