Welcome to The Family

Rabu, 20 Februari 2013

Pikiran Tidak Mengenal Waktu

Pikiran bisa aktif kapan saja, baik pada malam, pagi, dan sore hari. Meski pada pukul dua siang, bisa jadi Anda memikirkan peristiwa yang terjadi pada pagi hari bersama orang lain . bisa jadi, pada pukul delapan pagi, sebelum berangkat kerja, seorang suami berselisih dengan istrinya. Perselisihan meruncing hingga terjadi pertengkaran. Saat keluar rumah, sang suami dalam keadaan marah. Isyarat amarah terlihat di raut wajah dan gerakan tubuhnya. Tidak lama kemudian, deru mobil berlari kencang membawanya ke tempat kerja. Semula aktivitas perkerjaan ia jalani dengan normal: ikut rapat dan berdiskusi dengan para karyawan lain. Pukul dua siang, tiba-tiba ia teringat pada sang istri dan peristiwa yang terjadi di antara mereka. Saat itu terjadilah dialog batin. Pikiran membawanya terbang ke pukul delapan pagi, sebelum ia berangkat dari rumah. Perasaan tak enak yang melanda hatinya pada pagi hari datang kembali. Padahal, ia kini sudah berada di tempat kerja, bahkan sudah pukul dua siang. Pikirannya melampaui batasan itu, mengenang kembali peristiwa yang terjadi di waktu yang lain. Itulah yang oleh ahli ilmu jiwa disebut dengan “waktu psikologis” , yaitu waktu ketika itu. Yang demikian ini bisa menjadi penyebab kesengsaraan atau kebahagiaan.

Sekarang saya ingin bertanya kepada Anda:
Pernahkah Anda mengalami kondisi seperti ini? Pernahkah Anda bangun pagi-pagi dalam kondisi jiwa yang baik, kemudian berselisih dengan seorang anggota keluarga, lalu Anda berangkat kerja atau kuliah, dan di sana Anda teringat pada perselisihan itu serta merasakannya seolah sedang terjadi? Atau, pernahkah Anda terlibat masalah dengan pimpinan di tempat kerja, lalu pada malam hari di rumah Anda tidak bisa tidur karena teringat pada kasus dengan pimpinan di tempat kerja.


Setiap orang pasti pernah mengalami kondisi semacam ini karena kita memiliki waktu psikologis yang bisa mengambalikan peristiwa atau sesuatu yang telah terjadi pada kita. Kemampuan ini membuat kita merasakan hal yang sama seperti ketika peristiwa itu terjadi. Padahal, waktu yang dilalui saat ini benar-benar berbeda dengan waktu terjadinya peristiwa itu. Pikiran bisa muncul kapan saja dan di mana saja.

Saya ingat bahwa seorang teman berjanji akan bertemu saya di restoran di Montreal pada pukul tujuh malam. Ternyata ia terlambat setengah jam dari yang dijanjikan. Saya memutuskan untuk tetap menunggunya karena saya tahu ia sangat perhatian pada janjinya. Akhirnya teman itu datang, tapi ia tampak marah. Setelah meminta maaf atas keterlambatannya, ia berkata kepada saya, “Coba bayangkan, aku baru saja mengambil surat pelanggaran karena dianggap mengemudi terlalu kencang. Padahal aku tidak berjalan dengan kecepatan tinggi karena aku tidak suka mengemudi seperti itu. Polisi bersikeras menganggapku mengemudi terlalu kencang. Ketika kutanya, ‘Berapa kecepatan yang dinilai melampaui batas normal?’ Ia menjawab, ‘Seratus sepuluh. Kecepatan yang diijinkan hanya seratus.’ Coba bayangkan, polisi yang sewenang-wenang itu memintaku membayar denda sebesar dua ratus dolar. Ini benar-benar zalim!”

Kami berbicara tentang masalah itu. Temanku memutuskan akan memperkarakan masalah ini ke pengadilan pada esok hari. Polisi itu dinilai telah menzaliminya. Pembicaraan ditutup sampai di situ. Selanjutnya kami memesan makanan dan menunggu. Tetapi pikiran teman saya berada di tempat lain. Sambil memandang saya, ia berkata, “Gara-gara masalah ini, aku jadi tidak selera makan.”

Setelah itu kami memesan secangkir kopi, berbicara banyak hal termasuk keberhasilannya di perusahaan yang baru dan keberhasilan anaknya yang paling besar memasuki fakultas kedokteran. Kami juga memperbincangkan masalah kepergian saya ke beberapa negara di dunia. Tak terasa tiga jam berlalu begitu cepat. Saya yakin konsentrasinya mulai berpaling dari persoalannya dengan polisi.

Namun, tiba-tiba ia diam seribu bahasa. Dengan sorot mata yang nanar menatap saya, ia berkata, “Ini benar-benar zalim! Aku pantas memperkarakan polisi itu. “Akhirnya kami keluar meninggalkan restoran itu. Ia pulang ke rumahnya. Lewat telepon ia meminta nama pengacara perusahaan karena tekadnya sudah bulat untuk memperkarakan polisi itu.

Inilah contoh kekuatan pikiran  dan kemampuannya menggunakan waktu psikologis yang bisa membawa Anda ke waktu kapan pun yang Anda inginkan.

Penggunaan waktu psikologis bisa bermanfaat bagi kita. Sebagai contoh, setiap hari sebelum tidur, tulislah lima hal positif yang Anda lakukan pada hari itu. Mulai dari hal sederhana, seperti tersenyum kepada istri, anak, teman, orang lain yang bekerja denganmu, bahkan orang di pinggir jalan. Bisa juga mendengarkan keluh kesah orang lain yang tertimpa masalah, lalu Anda membantunya untuk bebas dari perasaan tak nyaman. Bisa juga mengunjungi orang sakit atau menelepon dan menanyakan perkembangan kesehatannya. Atau, hal positif lainnya yang Anda lakukan hari ini. Selain pengalaman tersebut, tulis juga waktu terjadinya. Setelah itu, pergunakanlah waktu psikologis Anda. Layangkan pikiran Anda ke waktu itu dan rasakan peristiwa itu terjadi lagi. Rasakan perasaan positif yang serupa, pasang senyum manis di bibir, dan ucapkan: alhamdulillah. Setelah itu, tidurlah.

Dengan cara seperti itu Anda bisa mengambil manfaat dari kekuatan pikiran dan waktu  psikologis dalam diri Anda daripada menggunakannya pada hal lain tanpa Anda ketahui berapa besar kekuatannya.[]

Dr. Ibrahim Elfiky (Maestro Motivator Muslim Dunia)




Baca juga :  
Pikiran dan Rasa Percaya Diri 
Pikiran Memengaruhi Kondisi Jiwa
Pikiran Memengaruhi Kondisi Kesehatan 
Pikiran Melampaui Batas Waktu 
Pikiran Tidak Mengenal Jarak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar