Welcome to The Family

Rabu, 18 Juni 2014

Tujuh Prinsip Berpikir Positif



1.    Masalah dan Kesengsaraan Hanya Ada dalam Persepsi



Pada kunjungan ke salah satu negara Arab, seorang perempuan berusia tiga puluh tahun datang pada saya. Dengan suara lirih dan linangan air mata ia berkata, “Dr. Ibrahim, aku sudah menikah sejak sepuluh tahun yang lalu dan sekarang dikaruniai tiga orang anak. Sebagai pedagang, suamiku selalu pergi.”

    Tiba-tiba perempuan itu terdiam. Tidak lama kemudian, ia berkata lagi, “Aku ingin bererai darinya. Dan, aku ingin Anda membantuku untuk mengambil keputusan ini.” Saya tanyakan, “Apakah suami Anda menikahi perempuan lain?” Ia menjawab, “Tidak.” Saya bertanya lagi, “Apakah ia memukuli Anda?” Ia menjawab, “Tentu tidak. Kalaupun mau, ia pasti tidak bisa lakukan hal itu.” Saya tanyakan lagi, “Apakah ia menyayangi anak-anak?” Ia menjawab, “Ya, ia sangat menyayangi mereka.” Saya bertanya lagi, “Apakah ia menjalankan kewajibannya memberi nafkah keluarga?” Ia menjawab, “Ya. Sebenarnya ia sangat dermawan. Ia tidak pernah mengabaikan kebutuhan kami.”
    Saya bertanya lagi, “Apakah ia pernah keluar dengan perempuan lain?” Ia menjawab tegas, “Tidak. Aku masih sangat percaya ia lelaki setia.” Kemudian saya katakan, “Kalau begitu, mari kita melihat gambaran suami Anda sampai saat ini. Seperti yang Anda katakan, dia seorang ayah yang menyayangi anak-anaknya; menunaikan tanggung jawab dan kewajibannya terhadap keluarga; tidak menikahi perempuan lain; tidak memukul Anda; dan sangat setia. Bukankah begitu?” Perempuan itu menjawab, “Ya.” Saya katakan, “Jika Anda benar-benar ingin meninggalkannya, pikirkan baik-baik. Bisa jadi ada ratusan perempuan yang mengharap dapat menikah dengan laki-laki seperti ini.”

    Tiba-tiba perempuan itu tertawa, lantas berkata, “Sepertinya ia tidak seburuk dugaanku.” Saya bertanya, “Mengapa Anda sangat marah padanya?” Ia menjawab, “Ia sudah tidak pernah meluangkan waktu untukku seperti dulu. Ia juga sudah tidak mau menceritakan masalah dan pekerjaannya kepadaku. Itu berarti ia sudah tidak butuh pendapatku. Tetapi, sekarang aku sadar bahwa selama ini aku selalu mengkritik dan meremehkan impiannya. Mungkin karena itu ia tidak mau tukar pikiran lagi denganku.” Saya bertanya, “Apakah Anda  masih ingin bercerai darinya?” Dengan senyum tersipu malu ia berkata, “Tidak, Dr. Ibrahim. Dia laki-laki istimewa dan aku sangat mencintainya.” Dengan nada bercanda saya katakan, “Tapi ada hal lain yang harus Anda ketahui. Jumlah kaum perempuan di dunia ini tiga kali lipat dibandingkan jumlah kaum laki-laki. Jika terus demikian, jumlah kaum laki-laki akan mengecil dan akhirnya hanya ada di museum-museum, di samping dinosaurus. Suatu saat nanti akan ada yang mengatakan ini dinosaurus dan ini manusia berjenis kelamin laki-laki. Karena itu, seorang istri tidak boleh menyia-nyiakan suaminya. Sebab, ia tidak akan mendapatkan laki-laki lain yang menggantikannya.” Sambil tertawa perempuan itu berkata, “Aku tidak akan pernah meninggalkannya.”

    Apa yang saya lakukan terhadap perempuan itu adalah mengubah persepsinya. Dengan begitu, saya membantunya memperluas cakrawala pandangnya. Selanjutnya ia mengubah persepsi negatif menjadi positif. Akal manusia hanya bisa fokus pada satu informasi dalam satu waktu. Wanita tersebut ternyata fokus pada hal-hal negatif tentang suaminya yang ia tidak suka. Karena pikiran negatif itu terjadi berkali-kali maka jadi keyakinan. Keyakinan itulah yang mendorongnya untuk meminta cerai, menenggelamkan biduk rumah tangganya. Beruntung perempuan itu segera sadar bahwa ia bisa memperbaiki hubungan dengan suaminya dengan tidak mengkritik, menyalahkan, mengeluh, atau meremehkan. Dengan demikian, kepercayaan sang suami tumbuh kembali padanya seperti sedia kala.

    Dengan mengubah persepsi maka kenyataan jadi berubah. Perceraian yang direncanakan berubah menjadi cinta dan kekuatan untuk mempertahankan mahligai rumah tangga.

Saya ingin bertanya kepada Anda:
Jika orang yang frustrasi, sedih, dan selalu mengeluh dioperasi hingga persepsinya dibedah dan kesehatannya kembali pulih, apakah ia masih akan menghadapi masalah lagi? Tentu tidak. Sebab semua masalah yang ia hadapi ada dalam persepsinya. Selain persepsi, masalah juga berhubungan dengan makna yang ia rumuskan, cara berpikir, keputusan, dan pilihan.

    Jika  Anda mengubah persepsi Anda tentang masalah, memikirkannya sebagai hadiah terindah dari Allah, lalu berkonsentrasi pada upaya mencari solusi, maka Anda akan menemukan pintu harapan terbuka lebar di depan Anda. Karena itu, jangan biarkan persepsi Anda tentang suatu masalah memengaruhi Anda. Sebab persepsi adalah program akal terdahulu yang bisa jadi keliru. Ubahlah persepsi Anda niscaya kehidupan Anda juga berubah. Permasalahan dan kesengsaraan hanya ada dalam persepsi belaka.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar