Saya sengaja memakai istilah “tiga pembunuh”, karena ketiganya mengandung racun seperti bisa ular yang masuk ke dalam aliran darah kemudian mematikan. Ketika seseorang menggunakan tiga hal di atas maka yang akan kembali kepadanya lebih buruk dari yang menimpa orang lain. Sekarang akan kami jelaskan satu-per satu:
1.
Mencela
Ketika mencela seseorang orang, berarti Anda telah memosisikannya harus mempertahankan diri. Dalam kondisi seperti itu, reaksinya bisa negatif. Celaan membuat seseorang merasa jadi korban dan menjadi racun dalam dirinya hingga ia merasa sangat sedih. Jika Anda mencela seorang kawan yang terlambat datang dari waktu yang ditentukan maka ia merasa jadi korban perakuan Anda. Jika Anda mencela pimpinan Anda maka pimpinan itu akan merasa jadi korban Anda dan harga dirinya akan terusik. Ketika Anda mencela nasib diri sendiri, Anda akan merasa jadi korban peristiwa yang Anda alami. Dampak negatif yang disebabkan oleh celaan adalah hilangnya semangat menghargai orang lain. Ketika Anda mencela orang lain, berarti Anda telah mengirim pesan ke akalnya dan memintanya untuk membuka semua file celaan yang tersimpan dalam memori agar digunakan untuk mencela orang. Jika Anda mencela orang lain berarti Anda telah meminta file-file harga diri orang itu untuk bangkit. Celaan Anda berarti mengatakan kepadanya, “Sekarang aku tidak membutuhkan Anda karena aku sudah memutuskan untuk mencela orang.” Dengan begitu, ia akan kehilangan kontrol dirinya dan file celaan dirinya menguat hingga menjadi kebiasaan dalam setiap kesempatan serupa.
2.
Kritikan
Masih ingatkah Anda pada peristiwa di mana Anda pernah mengkritik orang lain? Apa yang Anda rasakan terhadap orang yang Anda kritik? Bagaimana kondisi jiwa Anda saat itu? Kritik sangat mungkin mengundang reaksi keras, terutama jika tidak menggunakan cara-cara yang saya sebut dengan istilah sandwich, yaitu memulai kritik dengan pernyataan positif tentang orang yang dikritik dan akhiri sesuatu yang positif. Gagasan kritik bisa Anda selipkan di tengah-tengah pernyataan positif itu. Kritik Anda jangan diarahkan pada pribadi seseorang karena manusia itu bukan pikiran dan bukan perilakunya. Anda harus dapat membedakan antara pribadi dan perilaku. Jika tidak menggunakan cara yang satun, kritikan sangat mungkin mengundang reaksi yang keras karena berhubungan langsung dengan pemahaman orang lain yang meliputi nilai-nilai, keyakinan, prinsip, persepsi, dan pemahamannya tentang sesuatu. Kritik dapat juga menyebabkan orang yang dikritik merasa sendirian dan tidak berguna. Dengan dikritik, seseorang akan merasa tidak berguna dan kurang berarti dibanding orang yang mengkritiknya. Oleh karena itu, kritik dapat berdampak negatif dan memancing amarah.
3.
Membanding-bandingkan
Ada tiga jenis utama dalam membanding-bandingkan, yaitu:
a. Membanding-bandingkan diri sendiri dengan orang lain.
Anda membanding-bandingkan diri Anda sendiri dengan orang lain dalam keberhasilan dan perilaku. Yang menjadi masalah dalam perbandingan ini, Anda akan memerhatikan kelemahan diri sendiri kemudian Anda bandingkan dengan kekuatan yang ada pada orang lain. Contoh: postur tubuh Anda pendek, lalu Anda membandingkannya dengan orang lain yang berpostur tinggi dan tegap. Hasilnya Anda akan merasa rendah diri. Contoh lain: kepala Anda botak dan Anda membandingkannya dengan orang yang berambut lebat. Sesuatu yang dibanding-bandingkan bisa berupa bentuk, keberhasilan, perilaku, pekerjaan, dan lain sebagainya. Perbandingan ini menyebabkan Anda merasa kurang dari orang lain. Dan pada gilirannya akan menyeret Anda pada sikap iri, dengki, marah, dan sedih.
b. Membanding-bandingkan kondisi diri sendiri saat ini dengan kondisinya di masa lalu.
Mungkin saat ini Anda berada dalam kondisi psikologis, keuangan, spiritual, keluarga, sosial, dan kesehatan yang lemah. Dalam kondisi seperti ini, Anda lantas terpikir akan kondisinya di masa lalu yang lebih baik dari kondisi saat ini. Pola pikir seperti ini membuat Anda menderita dan sedih karena kehilangan apa yang pernah Anda miliki di masa lalu. Hal seperti ini banyak dialami oleh masyarakat. Anda mungkin pernah bertemu dengan orang yang membanggakan masa lalunya yang jaya. Namun, kehidupannya saat ini tidak seberuntung dulu. Dengan demikian, ia selalu meratapi masa-masa indahnya. Dan perbandingannya seperti ini membuat seseorang merasa sedih.
c. Membanding-bandingkan orang tertentu dengan orang lain. Dalam hal ini Anda memosisikan diri sebagai hakim. Anda menilai orang tertentu memiliki kekurangan dibanding orang lain. Contoh: seorang ibu membanding-bandingkan anaknya yang kecil dengan anaknya yang besar. Ia katakan pada anaknya yang lebih besar, “Coba lihat adikmu: ia melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan baik, sedang kamu sibuk dengan sesuatu yang tidak berguna.” Bisa juga perbandingan itu dilakukan pada anak sendiri dengan anak orang lain. Perbandingan seperti ini berarti mengirim pesan bahaya sang ibu yang terjadi di luar kesadarannya. Orang yang dijadikan objek perbandingan akan merasa rendah diri di hadapan orang lain. Perasaan rendah diri akan melahirkan rasa dendam pada mereka yang dinilai lebih baik dan perasaan marah pada orang yang membandingkannya dengan orang lain.
Saya sengaja menyebut mencela, mengkritik, dan membandingkan ini dengan istilah “tiga pembunuh” karena ketiganya mengandung racun yang langsung mengguncang jiwa orang, melahirkan perasaan negatif, merampas kebahagiaan, dan menjauhkannya dari impian hidup. Semua itu adalah dampak dari pikiran negatif.
Kekuatan pikiran negatif
Di awal pembahasan sudah dikemukakan delapan belas prinsip “kekuatan pikiran”, yaitu
1. Pikiran memiliki program yang kuat,
2. Pikiran membuat file-file akal,
3. Pikiran membuat pola pikir (mindset),
4. Pikiran memengaruhi persepsi,
5. Pikiran memengaruhi perasaan,
6. Pikiran memengaruhi perilaku,
7. Pikiran memengaruhi hasil,
8. Pikiran memengaruhi citra diri,
9. Pikiran memengaruhi penghargaan terhadap diri sendiri,
10. Pikiran memengaruhi rasa percaya diri,
11. Pikiran memengaruhi kondisi jiwa,
12. Pikiran memengaruhi kesehatan,
13. Pikiran tidak mengenal jarak,
14. Pikiran melampaui batas zaman,
15. Pikiran melampaui faktor waktu,
16. Pikrian memengaruhi hukum akal bawah sadar, dan
17. Pikiran dan mata rantai persepsi.
Saya ingin bertanya kepada Anda:
Apakah berpikir negatif membuat pikiran menjadi positif? Jawabannya jelas tidak. Sebaliknya, pikiran negatif menghasilkan perasaan, perilaku, dan dampak negatif. Selain itu, pikiran negatif membuat Anda selalu khawatir. Para ilmuwan di Universitas Stanford melakukan penelitian tentang kekuatan pikiran negatif dan pengaruhnya terhadap organ tubuh. Hasilnya, pikiran negatif membuat lambung mengeluarkan asam sangat kuat. Mereka mengambil asam tersebut, lalu diletakkan pada makanan tikus yang dijadikan objek penelitian. Hasilnya sungguh mencengangkan: tikus itu mati karena kuatnya kadar asam itu. Para ilmuwan terus mengulang penelitian dan hasilnya tetap sama: kematian.
Jika lambung mengeluarkan asam sekuat itu hingga dapat membunuh binatang, lantas seperti apa pengaruhnya pada manusia? Jawabannya jelas, asam tersebut mendatangkan penyakit, hal itu dibenarkan oleh satu penelitian yang dilakukan oleh fakultas kedokteran di San Fransisco pada tahun 1985. Penelitian tersebut menegaskan bahwa pikiran negatif menyebabkan 75% lebih penyakit organik, seperti jantung, tekanan darah tinggi, vertigo, dan kanker.
Pengaruh pikiran negatif
Ketika berpikir negatif, Anda merangsang akal untuk fokus pada hal-hal negatif. Maka, otak membukakan file yang diberi label pikiran negatif. Pada waktu yang bersamaan, ia menggagalkan seluruh informasi positif yang lain. Dalam satu waktu akal manusia tidak bisa berkonsentrasi kecuali pada satu informasi. Kemudian ia menggeneralisasi informasi tersebut dan memperkuatnya dengan mencarikan bukti yang mendukungnya. Aktivitas ini memengaruhi fisik Anda dalam bentuk ekspresi wajah, gerakan organ tubuh, dan tarikan napas. Aktivitas itu juga memengaruhi perasaan, sikap, dan perilaku Anda. Jika sudah demikian, Anda akan bertindak negatif. Hasil yang Anda dapat pun sesuai dengan tindakan Anda, baik menyangkut kehidupan spiritual, kesehatan, keluarga, sosial, pekerjaan, dan keuangan.
Citra diri Anda semakin kuat. Anda melihat diri sendiri seperti pikiran dasar yang ada dan itu memengaruhi penghargaan Anda terhadap diri sendiri. Selanjutnya, kondisi jiwa Anda akan selalu berhubungan dengan penderitaan yang tampak dari sikap hidup Anda seperti cemas, takut, sedih, gelisah, frustrasi, dan merasa kesepian. Semua itu mengundang penyakit fisik seperti pusing, infeksi, sakit jantung, tekanan darah tinggi, kanker, dan lain-lain. Semua penyakit itu berasal dari satu sumber: pikiran negatif. Pikiran tersebut menjadi pola pikir (mindset) berikutnya dan menghasilkan sesuatu yang tidak berbeda. Semakin sering Anda menggunakannya, ia semakin kuat. Kerja pikiran melampaui batas waktu dan tempat hingga ia dapat menemukan pikiran yang serupa kapan dan di mana saja. Hukum aktivitas akal bawah sadar menyebarkan pikiran sejenis ini. Selain itu, ia juga memberi informasi-informasi serupa dan sejalan dengan hukum gravitasi. Begitulah pikiran berenang mengarungi samudra memori Anda, mencari informasi yang menguatkan, dan menjadi bukti pikiran utama. Hal itu membuat Anda sangat sensitif terhadap informasi dari dunia luar yang sejenis dengan pikiran negatif. Semua itu bekerja dengan teliti dan sangat aktif sesuai jalan pikiran Anda. Sumbernya adalah satu: pikiran negatif yang membuat hidup Anda sebagai mata rantai penderitaan.
Mari kita lanjutkan pembahasan tentang kekuatan pikiran dan berpikir negatif serta bagaimana ia memberi kekuatan pada ego rendah.
Ego rendah dianggap sebagai tantangan terbesar bagi manusia dalam hidupnya. Ego rendah ini sangat negatif dan bersifat duniawi. Ia hanya fokus pada kesenangan dan nafsu. Kegiatan utamanya adalah membuat Anda selalu merasa benar kendati Anda salah. Ego rendah ini cenderung egois, sombong, dan arogan. Yang tampak di pelupuk mata hanya keuntungan pribadi dan mengesampingkan kepentingan orang lain. Itulah ego yang mengumbar permusuhan, membenci, dendam, dan iri. Ego itulah yang sering membuat kita marah dan berteriak-teriak. Ego itulah yang mendorong kita bersang hingga melahirkan rasa takut, cemas, dan frustrasi. Ego itulah yang menyebabkan seseorang hidup di bawah bayang-bayang masa lalu dan takut menghadapi masa depan. Itulah ego yang membuat orang berperilaku buas hingga berbuat zina, membunuh, mencuri, dan merampas hak orang lain. Itulah ego yang membuat orang merasa hidupnya tidak aman.